Hari ini, bulan kedua di semester ganjil bagi murid-murid di SMA Weyfert International School. Sekolah yang dinobatkan sebagai sekolah terbaik dan memiliki fasilitas yang terlengkap, termewah dan area yang terbesar pada Orion Arm Constellation. Maka, tidak heran, hanya anak-anak terpilih yang dapat bersekolah di sana, biasanya mereka dari kalangan kelas atas dan juga kalangan para jenius. Hanya saja, ada satu Murid yang tampak begitu sederhana, bahkan tidak ada seorangpun yang tahu siapakah dia yang sebenarnya.
Dibalik kesederhanaannya, ada rahasia besar yang tidak pernah diketahui oleh siapapun di lingkungan sekolah tersebut. Laki-laki itu bernama Carl Aldrencht Parschtberg, anak kedua dari pemilik perusahaan dan juga pengendali terkuat di Orion Arm Constellation, DAPG atau DA Power Group. Ia adalah seorang M.o.G., Master of Genius, gelar yang menandakan ia adalah orang serba bisa dan memiliki kemampuan yang jauh melebihi siapapun.
Ia lulus dengan predikat AR-1 saat berumur 13 tahun dari Mintche Technological Institute and University atau MTIU. Universitas tersebut adalah Universitas terbaik dan juga salah satu dari 8 universitas yang memiliki jurusan Genius Degree di Orion Arm Constellation. Tentunya, ia harus kembali bersekolah dari awal dan juga memulai cerita baru tentang hidupnya, agar ia dapat melanjutkan ke degree yang lebih tinggi, yaitu Ge.D., atau Genius Doctoral. Dalam penyamarannya, ia menggunakan nama Carl Schnneider.
Meskipun ia sederhana, tetapi banyak gadis yang menaruh simpati kepadanya, bukan karena ia tampan, tetapi karena sikap dinginnya dan juga beberapa hal yang membuatnya begitu disukai disana. Menurut survey tahunan yang dilakukan oleh Weyfert, 5 dari 10 gadis yang pertama melihatnya pasti langsung menyukainya. Dibalik karismanya, ia adalah seorang pria yang dingin dan tidak mengerti cinta.
Sejak ia bersekolah disana hingga saat ini, ia telah membuang 14 surat cinta ke dalam tempat sampah di depan mata gadis yang mengirimkankan surat tersebut kepadanya. Memang ia terkesan sombong, tetapi hal itu tidak membuat gadis lainnya mengurungkan niatnya untuk menyukainya lebih.
Saat ini, Carl sudah berada di kelas XII-Epsilon dan itu bukanlah kelas unggulan, hanya kelas yang berisi murid pintar, bukan jenius. Sejak ia masuk dahulu, Ia memiliki sahabat, namanya adalah Dyllan Mc Edward. Saat ini, ia sudah tidak sekelas lagi dengan sahabatnya, padahal sejak pertama kali ia masuk, mereka selalu sekelas, sementara Dyllan Saat ini ada di kelas XII-Alpha-Omega. Kelas tersebut merupakan kelas unggulan di sekolah tersebut, karena siswa yang lulus dari Alpha-Omega, 100% akan masuk ke jurusan bergengsi di MTIU.
Saat berangkat sekolah, mereka selalu bertemu begitu pun pagi di akhir musim gugur saat itu. Mereka berjalan dari koridor depan hingga kelas masing-masing, setelah tiba di persimpangan kelas, mereka mengucapkan salam perpisahan. Carl masuk ke kelasnya begitupun dengan Dyllann. Pelajaran pertama di kelas Carl adalah matematika. Meskipun ia adalah M.o.G., ia tidak pernah menyukai pelajaran atau materi matematika sekolah, menurutnya membosankan dan keluar dari esensi matematika yang bersifat eksakta. Tetapi pelajaran itu harus terus ia ikuti sambil bermain game online yang ia ciptakan sendiri, Ecclaires.
“Carl, kau jangan main terus, bagaimana kalau nanti Pak Symon bertanya padamu?” tanya Eddie, temannya.
“Huh, sudah setengah jam ia mengoceh, dan aku sangat bosan,” ujar Carl tetap konsentrasi pada notebooknya, “mau kau bilang apa tentangku atau apapun tentang Matematika, aku tetap benci pelajaran matematika,” ujar Carl dan ia sedikit melirik Eddie.
“Baiklah, itu keputusanmu,” ujar Eddie, ia lalu memperhatikan guru tersebut kembali.
“Hei Carl, putuskan koneksinya!” bentak Symon tiba-tiba “setiap kali aku menjelaskan materi, kau selalu bermain game, memangnya kau tidak mau lulus?” ia lalu menghampiri Carl, seisi kelas mendadak memandangnya.
“Huh, tidak bisa Pak, Saat ini, saya sedang melawan boss kalau kuputuskan sekarang saya tidak akan dapat EXP,” ujar Carl dengan tetap bermain game.
“Jawab pertanyaanku, kalau kau tidak bisa menjawab, aku akan keluarkan kau dari sini dan aku pastikan kau tidak lulus!” bentak Symon, saat itu sudah di sebelah Carl, “berapa Log 7633?” tanya guru itu dengan nada tinggi.
“Lalu apabila saya bisa menjawab, apa yang akan Anda lakukan?” tanya Carl sambil tetap bermain game.
“Aku akan biarkan kau tetap di kelas,” ujar Symon yang sangat yakin Carl tidak akan bisa menjawabnya, “dengan presisi 31 angka di belakang koma, jawabannya adalah 3.8826952623815971034591962480718,” ujar Carl dan memandang Symon.
“Hebat, aku hanya tahu 3.88 jawabanya,” ujar Symon terkejut, lalu Carl kembali bermain game, “bagaimana bisa?”
“Itu mudah, dan rahasia,” Carl lalu memandang lid notebooknya lagi, “sekarang, aku tetap bisa main game kan?”
“Terserah kau saja,” Symon lalu kembali ke depan kelas dan mengajar lagi.
Pelajaran selesai setelah satu setengah jam berlalu, dan Carl sering ditanya mengenai pelajaran, tetapi ia menjawabnya dengan mudah. Pelajaran pun selesai, setelah break 10 menit, pelajaran dilanjutkan dengan Pelajaran seni musik. Carl sangat menyukai kesenian musik, selain itu ia juga pandai memainkan semua alat musik. Tidak hanya itu, ia juga bisa menyanyikan nada lagu rumit yang menurut sebagian orang, hal itu adalah sesuatu yang tidak mungkin.
Dua jam telah berlalu tidak terasa, pelajaran yang begitu mengasyikkan baginya hanya terasa sebentar. Setelah selesai pelajaran itu, tibalah waktu istirahat. Ia bersama Eddie pergi kantin di lantai 33. Mereka selalu menghabiskan waktu istirahat mereka di sana bersama teman satu kelasnya. Setelah selesai makan siang, ia lalu berkunjung ke kelas XII-Alpha-Omega, tempat dimana Dyllan berada.
Ia selalu menjadi pusat perhatian para gadis di Weyfert, meski sikapnya sangat dingin, tetapi banyak saja gadis yang terpesona oleh karisma Carl. Seperti biasa, ia hanya acuh dan terus menatap kedepan, tanpa sedikitpun menoleh ke arah gadis yang melihatnya. Terkadang, banyak gadis yang ditolaknya berpikir ia memiliki orientasi yang salah, sehingga tidak menyukai wanita. Tentu saja, hal itu tidak pernah digubris sedikitpun.
Tanpa memberikan salam dan kata-kata, ia langsung saja memasuki ruang kelas sahabatnya sendirian. Sementara Eddie telah kembali ke kelasnya, karena ia tidak mau berurusan dengan Weyfert SG apabila mengacau ke kelas lain. Ini adalah pertama kalinya Carl berkunjung ke kelas Dyllan, karena biasanya mereka bertemu di kantin. Karena Dyllan tidak bisa ia temui, maka ia menghampiri Dyllan ke kelasnya.
Ia serta merta menghampiri Dyllann, lalu duduk di atas meja tanpa ada rasa bersalah. Padahal menurut peraturan sekolah, tidak ada seorangpun siswa yang diperbolehkan duduk di atas meja. Carl dan Dyllan berdiskusi mengenai game Ecclaires, karena menurut jadwal, minggu depan akan ada perang guild, dan Carl tidak ingin menyiakan kesempatan itu. Carl memandang ke belakang Dyllan, dan ia melihat gadis berambut panjang duduk di belakangnya. Ia sedikit terkejut, mungkin ini adalah pertama kainya Carl melihat wanita hingga seperti itu.
“Siapa dia?” tanya Carl tanpa memandang ke arah gadis itu, “yang mana?” tanya Dyllan ia masih belum mengerti pertanyaan Carl, “seseorang di belakangmu,” ujar Carl lalu memandang keluar, “memangnya kau tidak tahu?” tanya Dyllan heran.
“Benar, aku baru pertama kali melihatnya,” dan saat itu pula, gadis tersebut berusaha tersenyum hangat ke arah Carl, tetapi laki-laki itu tidak melihatnya.
“Aneh, kau tidak pernah bertanya seperti itu,” ujar Dyllan dan mengernyitkan dahinya, “kau menyukainya?”
“Huh, aku hanya bertanya siapa dia, dan itu bukan berarti aku suka kepadanya,” sungut Carl datar.
“Dia adalah Miss Weyfert, dan sangat populer di Weyfert,” ujar Dyllan dan tersenyum.
“Memangnya ada kontes seperti itu ya, aku baru mengetahuinya?” tanya Carl heran.
“Jelas kau tidak tahu, kau tidak pernah peduli dengan gadis manapun,” lalu Dyllan tertawa kecil.
“Begitu ya, aku ingin sedikit mengetahuinya,” ujar Carl, ia lalu mengeluarkan sesuatu dari sakunya, benda kecil berwarna hitam dan hijau, lalu ia mengaktifkannya dan memasukkan MAC Address sebuah notebook.
“Apa yang ingin kau lakukan Carl?” seakan Dyllan tahu apa yang dilakukan oleh Carl.
“Aku akan berbicara dengannya, jika ia mau mengembalikan ini kepadaku,” lalu Carl meletakkan alat itu di meja gadis itu.
Pada benda itu, jelas tertulis nama Carl Schnneider, sehingga gadis itu akan mengenali benda yang ia letakkan di dekat notebooknya. Carl tersenyum kecut kepada gadis itu, dan ia justru membalas Carl dengan senyuman manis. Carl sedikit kaget, tetapi itu tidak akan mengurungkan niatnya untuk mengerjai gadis yang bahkan ia belum kenal. Ia meletakkan benda tersebut, dan pergi meninggalkan kelas Alpha-Omega, saat pergi, gadis tersebut masih tetap tersenyum kepada Carl.
Ia berjalan dengan cepat menuju kelasnya, dan benda itu pun bekerja dengan sendirinya. Sebenarnya itu adalah penghapus HDD nirkabel, yang biasa digunakan untuk melakukan format disk apabila ada jaringan nirkabel yang terhubung dengannya. Alat tersebut biasa digunakan untuk melakukan remote format pada Server di Datacenter. Normalnya, alat tersebut harus diverifikasi, tetapi dengan sedikit modifikasi, alat tersebut tidak perlu diverifikasi.
Dyllan menoleh kebelakang, tetapi gadis tersebut mengetahui juga mengetahui alat tersebut adalah HDD Eraser, untunglah OS yang dia gunakan adalah DAPG Kirx-9 yang merupakan OS terbaru untuk Desktop dan Notebook dari DAPG. Sehingga HDD Eraser tidak berfungsi. Gadis tersebut tersenyum dan ia meletakan alat tersebut di saku blazernya.
Jam-jam terakhir mereka lewati, dan akhirnya mereka sampai saat pulang sekolah. Sesaat setelah tanda sekolah usai berbunyi, murid-murid satu persatu keluar kelas dan meninggalkan sekolah, kecuali Carl yang saat itu masih di kelas. Dengan menggunakan VPN, ia melakukan koneksi ke Server DAPG, dan ia mengembangkan program untuk OS selanjutnya, yaitu Kirx-10. Selain sebagai M.o.G., Carl adalah Pejabat Penting di DAPG, posisinya adalah sebagai CEO DAPG Divisi 1, yaitu divisi utama dari DAPG sebagai produsen Hardware dan Software IT dari Desktop Class, hingga Mission-Critical Server.
Sekilas mengenai DAPG, perusahaan tersebut memiliki 11 divisi, dimulai dari Divisi 0, yaitu Perusahaan Induk yang dimiliki oleh orang tuanya. Divisi 1 adalah Teknologi Informasi; Divisi 2 adalah Telekomunikasi dan Satelit; Divisi 3 adalah Infrastruktur Umum; Divisi 4 adalah Kontraktor dan Bangunan; Divisi 5 adalah Pendidikan; Divisi 6 adalah Kesehatan dan Pengobatan; Divisi 7 adalah Otomotif; Divisi 8 adalah Makanan dan Minuman; Divisi 9 adalah Investasi dan Perbankan; Divisi 10 adalah Administrasi Luar Angkasa; Divisi 11 adalah Militer dan Pertahanan. DAPG memiliki banyak cabang di Orion Arm Constellation, sehingga mereka dinobatkan perusahaan dengan asset terbesar dan terkuat di Orion Arm Constellation.
Setelah selesai ia mengerjakan proyek Kirx-10, ia akhirnya keluar dari kelas, sementara keadaan di sekolah sudah sangat sepi. Ia tidak mengetahui apabial gadis tersebut masih di sekolah, ia masih menunggu Carl dan ingin mengembalikan HDD Eraser yang sengaja ditinggal di Alpha-Omega. Ia berjalan pelan menuju gerbang barat, dan pastinya ia melewati kelas Alpha-Omega. Sesampainya disana, ia melihat gadis tersebut baru keluar dari kelasnya. Dari wangi yang ia cium, ia langsung mengetahui bahwa gadis tersebut adalah gadis yang duduk di belakang Dyllan.
“Hei kau,” panggil Carl, “eh, ka…kau memanggilku?” tanya gadis itu dengan gugup, Carl terdiam di posisinya sementara gadis itu berjalan perlahan dengan jantung yang berdetak sangat keras.
“Mengapa baru pulang sesore ini?” tanya Carl, seperti Polisi yang sedang menginterogasi.
“Ah, a…aku baru saja me…menyelasikan tugasku,” ujar gadis itu agak terbata, wajahnya mulai memerah
“Aku tidak percaya,” ujar Carl lalu melirik ke arah gadis itu, “dasar bodoh.”
“Eh?” ujarnya kaget, “bukankah jam terakhir tadi guru yang seharusnya mengajar tidak masuk karena sedang ada pertemuan, bagaimana bisa kau menyelesaikan tugas sesore ini?” tanya Carl dengan nada datar.
“Ta…tapi, tapi aku tidak berbohong,” ujar gadis itu sangat defensif.
“Detak jantungmu makin cepat, kau berbohong,” ujar Carl dan berjalan pelan mendekatinya.
“Eh, ta…tapi aku tidak berbohong,” wajah gadis itu berubah menjadi merah.
“Sudahlah,” lalu Carl pun berjalan perlahan melewati gadis itu.
Gadis tersebut berjalan dibelakang Carl, sehingga ia mengikuti ke mana Carl pergi. Carl sengaja berputar-putar di sekolahan tersebut, karena ia tahu bahwa ia sedang diikuti. Dan akhirnya, saat ia mulai merasa terganggu, Carl membalik badannya, dan langsung menatap gadis itu. Waktu itu cahaya di sekolah agak redup, sehingga cukup mengagetkan gadis tersebut saat wajah Carl tiba-tiba muncul.
“Mengapa kau mengikutiku?” tanya Carl dingin, “padahal aku hanya berputar-putar tadi,” ujar Carl sedikit kesal.
“A…aku, aku takut sendirian,” ujar gadis itu dengan nada yang bergetar.
“Bukan itu,” ujar Carl pelan, “ada suatu hal yang membuatmu mengikutiku, ini baru jam 1745,” ujar Carl datar.
“I…itu, a…aku hanya ingin mengembalikan ini,” ujar gadis itu sambil memberikan HDD Eraser kepada Carl, ia tertunduk tidak memandang laki-laki itu sama sekali.
“Huh,” ujar Carl datar dan menerimanya, “lain kali, kau jangan meninggalkan itu lagi ya,” ujarnya sambil tersenyum, setelah itu Carl pergi dari sana tanpa sepatah katapun.
Gadis tersebut masih mengikutinya hingga pada persimpangan parkir mobil, Carl tiba-tiba sudah menghilang, dan ia tidak terlihat lagi oleh gadis itu. Tidak ada yang mengetahui apa yang Carl gunakan untuk ke sekolah, apakah naik MRT atau naik mobil, karena Carl benar-benar tertutup, dan tidak ada seorangpun yang mengetahui kehidupannya. Saat gadis itu akan masuk ke dalam mobil, temannya telah menunggu disana. Ia adalah Hevn Evalion, teman sekelas gadis itu. Dengan menaiki Maybach 62S milik gadis itu, mereka berdua berjalan pulang.
“Kau menyukainya kan?” tanyanya dengan tertawa kecil, “eh, siapa yang kau bicarakan?” tanya gadis itu balik, wajahnya memerah saat itu.
“Carl Schnneider, kau menyukainya kan?” Hevn lalu memandang mata gadis itu dalam-dalam.
“Ti…tidak mungkin kan a…aku menyukainya,” wajahnya berubah jadi merah padam saat itu.
“Kau adalah gadis yang tegas, tidak pernah terbata,” ujar Hevn meledek, “sudahlah aku mengetahui pasti sejak pagi tadi saat kau melihatnya,” desak Hevn.
“Sudah kukatakan kan,” bantahnya dengan wajah yang semakin memerah.
“Sudahlah, mengaku saja,” ujar Hevn, “ini akan menjadi rahasia kita berdua,” ujar Hevn setengah berbisik.
“Tidak mungkin kan, aku me…menyukainya,” ujarnya pelan dan dengan wajah yang sangat merah.
“Tidak perlu berbohong lagi kepadaku, aku mengenalmu sejak umur 5 tahun, dan aku mengenal siapa dirimu,” ujar Hevn pasti, “sudahlah katakan saja kepadaku.”
“Ya aku mengaku, aku menyukai Carl,” wajahnya langsung memerah saat itu, “aku menyukainya karena di Weyfert ia yang paling sederhana,” gadis itu tertunduk dengan wajah yang sangat merah.
“Akhirnya kau mengaku juga,” Hevn tertawa kecil saat itu, “tetapi sejak kapan kau menyukainya?” tanya Hevn lagi, gadis itu memandang Hevn dengan wajah yang merah.
“Itu sudah lama,” ujar gadis itu tertunduk, “rasa itu datang begitu saja.”
 “Kau sungguh polos,” ujar Hevn sambil tertawa, “aku baru mengetahui kau jatuh cinta setelah sekian banyak surat dan pernyataan cinta kau tolak,” ujarnya lagi dan saat itu, Ferrari AFX tengah mendahului mereka, “bukankah itu mobil milik keluarga Parschtberg, DAPG 03 01,” ujar Hevn lagi.
“Milik anak bungsunya, aku sering melihatnya melintas akhir-akhir ini,” ujar gadis itu sehingga merubah topik pembicaraan, “aku sangat membencinya,” sambungnya lagi.
“Apakah ada yang salah dengan anak bungsunya?” tanya Hevn.
“Aku tidak suka karena kesombongannya,” ujar gadis itu dengan kesal, “ia selalu mengatakan segala sesuatunya melalui orang kepercayaannya,” gadis itu lalu melihat mobil itu telah pergi.
“Sudahlah, lebih baik memikirkan tugas untuk esok, karena bobot nilainya tergolong tinggi,” Hevn berusaha menenangkan gadis itu.
Gadis itu memerintahkan supirnya untuk menambah kecepatan mobilnya menuju apartemen di Belldandy, Apartemen Mewah tempat Hevn dan gadis itu tinggal. Mereka tinggal terpisah, dan mereka tinggal sendiri, karena orang tua kedua gadis itu tidak ikut mereka ke Apartement. Hevn tinggal di Apartement nomor 29-080 dengan nama Evalion di depan pintu kamarnya. Sementara gadis itu tinggal di Griya Tawang, di lantai 35, dan di Lift tertulis Althalie, dan lantai 35 adalah khusus miliknya. Sesampainya di apartement, gadis itu langsung merapikan pelajaran untuk esok, dan ia mulai mandi.
Setelah selesai mandi, gadis itu mulai mengambil notebook-nya dan membuka file demi file tugas yang harus ia kerjakan. Sebentar lagi, adalah waktu kelulusan, dan ia berharap akan masuk MTIU dan mengambil jurusan yang ia inginkan. Gadis ini tidak mahir dalam pelajaran IT, terlebih yang berhubungan dengan Processor dan Programming Processor, sehingga pada tugas kali ini ia benar-benar harus berusaha menyelesaikannya demi mendapatkan nilai yang bagus. Ia belajar dengan sangat giat, sementara Carl sedang asyik bermain Eclaires Online di rumahnya.
Tanpa disadarinya, waktu telah menunjukkan pukul sebelas malam, matanya pun sudah mulai lelah, sehingga ia pun memutuskan untuk tidur, tanpa lupa untuk memeriksa kamarnya terlebih dahulu sebelum ia pergi tidur. Hari ini, ia membayangkan wajah pria idamannya, Carl Schnneider dan ia tertidur dengan senyuman.
Mentari pagi mulai terbit perlahan menyapa gadis itu yang saat itu masih terlelap tidur, rupanya, setelah belajar hingga larut malam membuatnya sedikit mengantuk. Biasanya ia bangun sangat pagi, tetapi karena tidur larut, ia sedikit kesiangan saat itu. Tetapi, mengingat wajah Carl, ia langsung terbangun dan bergegas berjalan menuju kamar mandi. Ia mandi dengan semangat dan langsung bersiap berangkat menuju sekolah bersama Hevn.
Sesampainya di sekolah, gadis tersebut turun di tempat seperti biasanya, dan saat itu ia berjalan sendirian di koridor panjang menuju gerbang gedung sekolahnya. Ini masih terlalu pagi untuk murid Weyfert datang ke sekolah, ia terlalu bersemangat hingga lupa bahwa saat ini masih jam 0615, dan itu masih sangat pagi. Sesaat kemudian, Carl sudah berada di belakangnya, tentu saja wajah gadis itu memerah karena mengetahui bahwa Carl saat ini ada di belakangnya. Carl berjalan makin cepat, dan ia mulai berada di samping gadis tersebut.
“Sepertinya aku pernah melihatmu,” ujar Carl dingin.
“Eh, kau kan yang kemarin,” ujar gadis itu dengan wajah yang sangat merah.
“Teman sekelasnya Dyllan,” ujar Carl datar, “pantas saja,” ujar Carl masih berjalan di sebelahnya.
“Ka…kau ada apa memangnya?” gadis itu melihat Carl dengan wajah yang sangat merah.
“Tidak apa, hanya saja aku tidak pernah bertemu gadis sesering ini sebelumnya,” ujar Carl dan pergi dengan cepat dari sana.
“Eh,” ujar gadis itu pelan, saat itu wajahnya sangat merah.
Carl langsung jalan ke kelasnya dengan cepat, seperti biasanya, ia selalu menjadi murid pertama yang datang di kelasnya, dan saat itu yang ia lakukan adalah membuka notebook dan melihat-lihat apa yang terjadi di sekolah itu. Ia sangat tertarik dengan tugas harian milik gadis yang duduk di belakang Dyllan. Ia tersenyum, dan ia pun mulai memasuki system root dan melihat apa yang telah ia kerjakan.
“Jadi, namamu Annabelle Kathleena Althalie, kau adalah anak Sulung Althalie,” Carl lalu mengetik sesuatu, “lalu coba kita lihat, apa yang terjadi apabila aku merubah string disini, aku akan menunggu saat itu, huh.”
Carl berbicara sendiri di kelasnya, setelah itu ia nampak tersenyum, ia melakukan sesuatu kepada Annabelle, gadis itu. Dan saat itu, tidak ada yang menyadari, bahwa Carl bisa memasuki System Root di DAP Myric-7, yaitu OS Server yang memiliki sekuritas sangat tinggi, bahkan mudah bagi Carl untuk menembusnya.
Setelah beberapa menit, datanglah seorang gadis teman sekelas Carl yang sejak kelas XI sudah sekelas dengan Carl di kelas Epsilon. Ia adalah Asuka, yang sejak dahulu selalu menyimpan perasaan kepada Carl. Ia memang pernah memiliki kedekatan khusus dengan Carl, karena sejak dahulu, mereka sering dipasangkan dalam beberapa perlombaan. Tetapi, Carl sama sekali tidak memiliki perasaan. Dengan sedikit takut, ia menghampiri Carl yang saat itu masih log in ke Server Weyfert.
“Maaf Carl, bisa bicara sebentar?” ujar gadis itu dan berdiri di samping Carl.
“Tentang apa?” tanya Carl singkat, “ada masalah dengan basic dan declaration yang aku berikan?” tanya Carl, dengan dingin sambil menatap keluar jendela.
“Bukan itu Carl, te…tetapi,” wajah gadis itu memerah saat mengatakannya
“Cepatlah katakan, aku tidak suka berlama-lama!” ujar Carl dengan nada yang meninggi.
“Aku mohon terimalah ini,” ujar Asuka dengan wajahnya yang merah ia memberikan sesuatu kepada Carl.
“Apa ini?” tanya Carl terheran, “Hulunduf untukmu,” ujar gadis itu lalu Carl hanya memandang gadis itu dan menerimanya.
“Dan a…aku ingin mengatakan bahwa,” ujar gadis itu pelan, Carl lalu menutup lid notebooknya.
“Sudahlah, simpan kata-katamu,” ujar Carl dingin, “lalu terima kasih untuk Hulundufnya,” ia lalu pergi dari kelas itu dan membuang cokelat yang ia terima di tempat sampah yang terletak di depan kelasnya.
“Carl, mengapa kau begitu dingin kepadaku?” ujarnya sedikit menyesal, dan air matanya mulai mengalir.
Setelah ia memastikan Asuka sudah tidak berada di kelas, Carl lalu kembali lagi ke kelasnya dan menyalakan lagi notebooknya. Ia mulai lagi meneruskan OS DA Power Kirx-10, karena ia adalah salah satu Key People dalam pengembangan Kirx-5 sampai Kirx-9, juga untuk Myric-1 hingga Myric-7. Saat ia sedang meneruskan OS-nya, tiba-tiba datanglah seorang lelaki dari kelas XII-Delta, dan ia berdiri di depan Carl. Laki-laki itu adalah Daniel Clyde, seorang anak konglomerat yang menjadi Don Juan di Weyfert.
“Ternyata kau lagi Carl!” bentak Daniel sambil mendobrak meja Carl, “sudah kesekian kali aku mendengar keluhan gadis yang ditolak cintanya olehmu.”
“Huh, lalu apa masalahmu dengan itu?” ujar Carl, ia tidak memperhatikan laki-laki itu sama sekali.
“Terserah kau mau dekati siapapun, asalkan jangan gadis itu,” ujar Daniel sedikit kesal.
“Gadis berambut coklat yang bergelombang itu maksudmu?” tanya Carl sambil tersenyum kecut, “itu terserah kepadaku, tidak ada urusannya denganmu kan?”
“Kurang ajar kau Carl,” Daniel berteriak dan meninju wajah Carl.
“Terlalu mudah untuk ditangkis, sebaiknya kau belajar lebih lagi,” ujar Carl dan ia menangkis tinju Daniel, “dan masalah Annabelle, itu bukan urusanmu.”
“Si…sial, siapa sebenarnya kau?” Daniel heran karena serangannya dapat ditangkis dengan mudah.
“Aku hanyalah murid beasiswa di sini,” ujar Carl dan ia memandang Daniel dengan tajam.
Lalu Carl hanya terdiam saja di kelas, dan dengan sendirinya Daniel pergi meninggalkannya. Ia mulai lagi melanjutkan Proyek OS yang masih ia kerjakan sampai saat ini. Ia tersenyum, sambil memperhatikan data yang telah ia dapatkan dari Data Center Weyfert, tentu saja dari gadis yang telah ia ketahui sebelumnya.
Carl agak jenuh dengan proyek OS-nya, lalu ia perlahan meninggalkan kelas dan menuju kelas Alpha-Omega. Ia sebenarnya ingin menemui sahabatnya, Dyllan, tetapi saat ia ingin memasuki ruangan tersebut ia melihat Annabelle sedang berbicara dengan teman sekelasnya. Entah string apa yang telah dirubah oleh Carl, sehingga ia sedikit tersenyum ketus kepada gadis tersebut.
Dengan sangat santai, Carl masuk ke kelas Alpha-Omega dan ia langsung duduk di tempat Dyllan, dan ia mengetahui bahwa gadis tersebut ada di belakangnya. Ia mengetahui bahwa gadis tersebut tengah memandangi sosoknya dari belakang, dan ia sedikit menoleh untuk melihat wajahnya. Tentu saja, saat Carl meliriknya, wajah gadis tersebut menjadi memerah, dan ia tidak dapat memendam ekspresi tersebut dari Carl.
Tidak lama kemudian, teman sebelah Annabelle, Elaine, datang dan langsung terheran melihat Carl duduk di sana. Ia lantas memperhatikan gerak-gerik Annabelle yang berbeda saat ada di dekat Carl. Pria itu tampak sangat dingin sambil mengutak-atik ponsel yang saat ini ia genggam, entah apa yang dia lakukan. Seakan angin segar untuk Carl, Elaine pergi keluar tanpa mengucapkan sepatah kata kepada Annabelle.
“Kau gadis yang tadi pagi?” tanya Carl datar, ia sedikit melirik ke arah Annabelle.
“Eh,” gadis itu memandang Carl dengan wajah yang sangat merah.
“Evolta, benar kan?” tanya Carl masih melirik Annabelle.
“Eh, maksudmu?” tanya Annabelle balik, ia terkejut dengan kata-kata Carl.
“Evolta adalah nama spesies mawar yang kau gunakan,” ujar Carl lalu memandang ke arah luar, “mawar emas, benarkah?”
“Benar, ini mawar emas, memangnya ada apa?”
“Mawar emas hanya ditemukan di planet Etedria yang amat jauh di sana, tentunya pasti kau memiliki banyak uang untuk membelinya,” ujar Carl datar, “perjalanan dari Eterdia kesini membutuhkan waktu 3 tahun, jadi pastinya hanya orang yang berada bisa membelinya,” ucap Carl, dan ia berbalik badan, langsung menatap wajah Annabelle.
“Eh i…itu, bukan aku,” ujar Annabelle terbata, seketika setelah Carl menatapnya, lalu ia pun menunduk, wajahnya tertutup poni panjangnya yang indah.
“Mengapa kau menunduk, apakah aku menyeramkan bagimu?” tanya Carl mendesak Annabelle.
“Ti…tidak, kau tidak menyeramkan, a…aku hanya,” Annabelle makin tidak dapat menahan perasaannya, wajahnya amat sangat merah saat itu.
“Detak jantungmu makin cepat, aku bisa mendengarnya dari sini,” ujar Carl lalu mendekatkan wajahnya ke arah Annabelle, “pertambahan detak jantung menandakan ketidakstabilan emosi yang terjadi, aku tidak mengerti, mengapa kau menjadi seperti itu,” ujar Carl lalu menghela nafas, “tetapi, yang aku tahu, apabila seseorang mengalami peningkatan detak jantung dan juga tekanan darah, mereka ada dalam perasaan takut, apa aku menakutkan bagimu?” tanya Carl setelah ucapannya panjang.
“Bukan, aku tidak takut sama sekali kepadamu, a…aku hanya,” gadis itu tidak dapat menjawab apapun.
“Sudahlah,” ujar Carl, lalu ia berdiri dan meninggalkan kelas Alpha-Omega dengan santai.
Carl kembali ke kelasnya, ia menuju ke kursinya dan duduk disana. Ia melihat Asuka, gadis yang tadi memberikan cokelat kepada Carl. Ia hanya melihat tajam ke arahnya dan memperhatikannya yang sedang menunduk. Carl tahu benar, gadis tersebut sedang menangis, tetapi ia tidak bergeming, ia lalu mengaktifkan notebook-nya dan melanjutkan proyek Sistem Operasinya.
Sampai saat ini, Annabelle masih belum mengetahui, bahwa data PR yang ia kerjakan semalam, dan ia telah posting di Storage Server sekolah sudah hilang. Wajar saja Annabelle merasa tidak masalah, karena dia tahu benar, bahwa semalam ia telah mengerjakan PR tersebut. Apalagi, tidak ada waktu untuk Annabelle, karena jam pelajaran pertama Annabelle adalah olahraga.
Di Weyfert, ada fasilitas lengkap olahraga yang dibangun di kompleks sekolah tersebut. Mereka membangun fasilitas itu di sektor 7, dan terdiri dari berbagai macam lapangan olahraga Indoor, sampai Sirkuit Aleanore Ring yang selalu dipakai dalam Grand Prix internasional. Di Weyfert, ada Sektor-Sektor yang masing-masing memiliki fungsi tersendiri. Sektor utama adalah gedung sekolah bertingkat 48 yang masing-masing lantai dimiliki oleh kelas masing-masing. Untuk kelas I, menempati lantai 1 – 3, dengan plaza di lantai 1; kelas II menempati lantai 4 – 6 dengan plaza di lantai 4, begitu seterusnya hingga kelas XII menempati lantai 33 – 35 dengan plaza di lantai 33. Sisa 12 lantai ke atas adalah untuk administrasi dan juga ruangan guru. Sementara lantai 48 adalah milik Kepala Sekolah, yaitu Sir Arthur Louise X.
Saat ini, kelas Alpha-Omega sedang menuju ke loker di lantai 33 untuk mengganti pakaian mereka. Setelah selesai, maka mereka akan turun melalui elevator dan langsung menuju ke WYB. WYB adalah sarana transportasi kecepatan tinggi yang mebghubungkan antara sektor, sehingga setiap siswa di Weyfert dapat dengan mudah menjangkau setiap sektor yang ada. Makan siang disana selalu disediakan dari sekolah, sehingga letak cafeteria atau restaurant dipisah ke sektor lainnya.
Sementara Alpha-Omega saat ini sedang melakukan pelajaran olah raga, Carl di kelas hanya melanjutkan proyek Sistem Operasinya saja. Pelajaran pertama, saat itu yang mereka pelajari adalah Entrepreneurship dan saat itu Carl tidak memperhatikan guru saat berbicara pelajaran berlangsung.
Ia hanya membayangkan, bagiamana reaksi Annabelle, saat ia tahu bahwa ada tugas yang sengaja ia delete di Storage Server Weyfert sudah lenyap tak bersisa, dan saat itu Carl hanya tersenyum kecut. Ia semakin bersemangat menyelesaikan pengembangan OS Kirx-10 yang saat itu sedang ia compile satu persatu.
Sudah dua periode pelajaran berlalu, dan saat itu Carl tahu, Annabelle akan kembali ke kelas dan setiap tugas diperiksa satu persatu. Carl sudah melihat gadis itu kembali ke kelas dengan pakaian seragam, saat itulah Carl mengaktifkan transmitter yang terletak di kelas dan juga kamera CCTV HD yang sudah ia hack sebelumnya. Carl hanya tersenyum kecut melihat 8 channel CCTV terlihat di layar Notebook-nya.
Annabelle mulai membukan notebook-nya dan memeriksa semua pekerjaannya yang ia selesaikan tadi malam. Tetapi, alangkah kagetnya ia, saat menemukan bahwa tugas yang telah ia kerjakan saat ini sudah hilang, dan padahal ia yakin bahwa semalam data-data pekerjaannya sudah di submit melalui ftp jam sebelas malam. Tetapi, setelah Log ftp diperiksa, Annabelle tidak menemukan adanya bukti unggahan ke Storage Server.
Seumur hidupnya, ia selalu rajin mengerjakan PR, dan ia termasuk anak yang memiliki tingkat ketuntasan yang tinggi dalam hal tugas, pekerjaan rumah, ataupun ulangan harian. Nilai ujiannya selalu sempurna di atas 90 dan ia juga pernah mengikuti perlombaan kecerdasan saat ia masih kelas X dan mengalahkan pesaingnya. Tetapi kali ini, ia merasa sangat terpukul, semua kesempurnaannya tiba-tiba runtuh akibat data tugas yang telah ia kerjakan hilang.
“Ini tidak mungkin terjadi, aku sudah mengunggahnya semalam, tidak mungkin hilang,” ujar Annabelle, dan ia mulai panik, keringat mulai terlihat di dahinya.
“Ada apa Annabelle?” tanya Hevn sedikit bingun, “memangnya kenapa dengan tugasmu?” Hevn mencoba mencari tahu dan melihat ke Storage Server juga.
“Tugasku, semuanya hilang, dan itu tidak mungkin terjadi, aku telah menyelesaikannya sampai jam sebelas malam, dan tidak mungkin hilang begitu saja,” mata Annabelle mulai berkaca-kaca.
“Annabelle, tenanglah, kau bisa melihat log dari ftp access yang kau lakukan semalam,” Hevn menenangkan sambil memegang bahu Annabelle.
“Tidak ada, semuanya kosong, bahkan tidak ada ftp access dari alamat IP atas namaku semalam, ini tidak mungkin,” Annabelle mulai menangis, ia tahu akan ada konsekuensi berat atas kelalaiannya.
“Selamat pagi anak-anak, sekarang saya akan memeriksa pekerjaan rumah kalian, tugasnya cukup mudah hanya compiling instruction set yang telah saya berikan kemarin,” ujar Guru pelajaran tersebut saat masuk ke dalam kelas, dan ia duduk di kursinya.
“Maaf Pak, saya minta maaf,” ujar Annabelle tiba-tiba.
“Ada apa Annabelle?” tanya Guru tersebut keheranan.
“Saya tahu, ini aneh, tapi saya tidak mengerjakan tugas tersebut Pak, maafkan saya,” ujarnya lalu kelas menjadi hening.
“Eh, tidak mungkin,” ujar Guru tersebut heran, dan seisi kelas melihatnya dengan wajah yang tidak percaya. Annabelle tidak pernah lupa mengerjakan tugas sekecil apapun, dan ini sungguh membuat seisi kelas bertanya-tanya.
“Sesuai dengan peraturan Weyfert, apabila seorang murid sengaja atau tidak sengaja melalaikan tugas dengan alasan apapun, maka murid tersebut wajib meninggalkan kelas dan tidak boleh mengikuti pelajaran yang bersangkutan,” ujar Annabelle panjang, dengan tertunduk ia berdiri dan meninggalkan kursinya, ia perlahan maju ke depan kelas.
“Annabelle, untuk kamu, saya kecualikan, mungkin ada kesalahan pada sistem, saya yakin kamu telah menyelesaikan tugas tersebut,” ujar Guru tersebut, ia berdiri dan menghampiri Annabelle, ia berniat mencegah Annabelle untuk keluar kelas untuk duduk kembali.
“Terima kasih Pak, tetapi saya tidak mau Anda yang terkena sanksi, biar saya saja yang menjalani hukuman ini, saya rela dua nilai tugas saya dinihilkan,” ujar Annabelle, saat menatap wajah guru tersebut, ia menangis.
“Annabelle, kau sungguh murid yang patut menjadi teladan, saya bangga sudah mengajarkan pelajaran ini kepadamu,” ujar Guru tersebut, “saya antarkan kamu ke depan kelas,” Guru tersebut mendampingi Annabelle sampai ke luar kelas.
“Terima kasih Pak,” ujar Annabelle lirih, air matanya mengalir di pipinya yang memerah, dan dengan wajah yang iba, Guru tersebut menutup ruangan kelas.
Annabelle tertunduk di depan kelas, ia berdiri tertunduk menghadap ke Plaza, dan tepat di seberangnya adalah kelas Carl. Ia yang telah mendengar percakapan Annabelle dengan guru dan temannya tersebut tersenyum puas, sesekali ia melihat ke jendela dan memperhatikan Annabelle.
Gadis itu menangis, air matanya jatuh membasahi lantai tempat ia berpijak. Poninya yang panjang menutupi wajahnya, dan rambut panjangnya yang indah tergerai hingga ke dada. Tidak ada seorangpun yang tahu bahwa ia menangis di luar sana, dan ia sangat terpukul atas kejadian yang menimpanya.
Seluruh siswa SMA Weyfert saat ini memperhatikannya, ia melihat gadis paling sempurna di Weyfert dihukum di depan kelas. Jelas saja, banyak dari mereka yang menaruh simpati kepadanya, karena memang Annabelle memiliki banyak penggemar di Weyfert. Bagi Annabelle, sedetik dalam hukumannya bagai setahun lamanya, dan itu terus menyiksa batinnya yang baru kali ini dia alami.
Jam demi jam berlalu, tiga periode mata pelajaran pun telah berlalu, tanda jam istirahat dimulai terlihat di sudut kiri Notebook setiap siswa di Weyfert. Semua murid bersemangat untuk melepaskan penat setelah 5 periode mata pelajaran, dan dalam sekejap seisi ruangan sudah sepi. Murid kelas XII-Epsilon hanya tinggal Carl yang masih sibuk dengan Kirx-10, sementara murid kelas XII-Alpha-Omega bersimpati kepada Annabelle, yang masih mematung di depan kelasnya. Mereka kaget, melihat air mata yang menetes tanpa henti di wajah Annabelle.
Carl mengetahui itu dari CCTV yang ia pantau sejak tadi, ia pun memutuskan untuk keluar kelas. Betapa kagetnya Annabelle saat melihat Carl keluar kelas, ia sangat malu akan kejadian yang menimpanya barusan. Ia bergerak dari diamnya, dan perlahan mengangkat wajahnya. Ia pergi ke toilet yang terletak sejajar dengan kelasnya untuk menghindari Carl.
Niat Carl untuk menjahili Annabelle pun gagal, ia hanya melintasi kelas Alpha-Omega dan menuju elevator untuk makan siang di kantin. Disana ia bertemu dengan Dyllan yang sudah menunggunya. Disamping Dyllan ada Hevn yang tidak hentinya membicarakan Annabelle dan juga keanehan yang terjadi pada dirinya.
“Hei Carl, cepat kemari, aku sudah pesankan makanan untukmu,” panggil Dyllan saat Carl memasuki kantin.
“Huh, mengapa kau bawa pengikut kemari?” ujar Carl dingin dan duduk disamping Hevn yang saat itu berada di depan Dyllan.
“Eh, kau Carl Schnneider kan?” tanya Hevn sedikit gugup.
“Huh?” ujar Carl sambil menatap dingin.
“Tidak apa, hanya memastikan saja, kalau kau adalah Carl yang selama ini sudah menolak banyak gadis,” ejek Hevn.
“Itu bukan urusanmu, lagipula aku tidak kenal denganmu,” ujar Carl dengan masih menatap dingin.
“Hei kalian, sudahlah, seperti anak umur sepuluh tahun saja,” potong Dyllan, “Carl, biasanya kan kau bisa menyelesaikan masalah IT, aku hanya ingin bertanya, mengapa tugas milik Annabelle hilang di Storage Server?” sambung Dyllan.
“Sudah diperiksa ftp access-nya?” tanya Carl seolah ia tidak tahu apa-apa.
“Sudah, tetapi nihil,” sambung Hevn.
“Aku tidak bertanya kepadamu,” ujar Carl dingin, ia menatap tajam gadis itu.
“Okay, aku diam, itu kan maumu?” sungut Hevn.
Gut, sie verstehen was ich sagte,” ujar Carl dingin, “coba berikan aku notebook yang kau bawa,” Carl lalu meminta notebook Dyllan.
“Kalau memang ftp access tidak ada, mengapa tidak mengakses redundant server-nya?” tanya Carl, “semua sensitive data pasti ada mirror-nya, termasuk tugas karena sistem HDD di Weyfert menggunakan RAID 8, sehingga sangat mudah untuk mengetahui kemana datanya hilang.”
“Lalu bagaimana kau bisa masuk ke redundant server?” tanya Dyllan, “meski di RAID, bukankah datanya hilang juga saat dihapus?” tanya Dyllan semakin heran.
“Tentu tidak, akses redundant server-nya, lalu recovery ke main server, selesai,” ujar Carl sambil mengutak-atik data yang tersimpan di Storage Server.
“Benar, data tugas Annabelle sudah kembali lagi, bagaimana bisa?” tanya Hevn terheran-heran.
Es ist ein geheimnis, jetzt rufen sie ihren freund und sagen, dass seine arbeit zurΓΌck ist,” ujar Carl dan pergi dari sana tanpa memakan makanan yang telah Dyllan pesan.
Carl kembali ke kelasnya, dan saat itu ia berpapasan dengan Annabelle yang baru saja kembali dari toilet. Saat di samping Carl, Annabelle hanya tertunduk, ia sangat malu akan kejadian yang menimpanya tadi. Carl bahkan tidak memperhatikan gadis itu sama sekali, ia hanya melewatinya dan kembali ke kelasnya dengan cepat.
Jam demi jam berlalu, saat itu sudah pukul 1859 dan hanya tinggal beberapa murid yang mengerjakan tugas, termasuk Annabelle yang masih sibuk di depan Notebooknya. Carl mengetahui itu dan saat tepat pukul 1900 semua unit Notebook dan PC dimatikan secara otomatis, termasuk Notebook yang Annabelle gunakan. Lampu di ruang kelas dan koridor pun, semua dimatikan, hanya tinggal lampu redup yang menyala.
Annabelle pun tersentak kaget, karena ia tidak pernah pulang semalam ini, dan ia baru mengetahui bahwa sistem akan otomatis seperti itu saat memasuki jam 1900. Terakhir ia memang pulang terlambat, tetapi tidak sampai jam 1900, sehingga ia sedikit ketakutan dan saat itu Carl tiba-tiba sudah berada di depannya.
“Aaaaaaaaaaaah,” teriak Annabelle kaget melihat Carl.
“Bodoh, kau tidak perlu berteriak,” ujar Carl dingin, ia lalu menatap Annabelle dengan tajam.
“Ka…kau, sedang apa kau disini?” ujar Annabelle dengan nafas yang masih menderu.
“Aku melihatmu dari kelasku, mengapa kau belum pulang?”
“A…aku, a…aku mengerjakan tugasku, tadi tiba-tiba hilang,” ujar Annabelle terbata, dan saat itu wajahnya sangat merah.
“Oh,” Carl langsung pergi dari sana sementara Annabelle sangat ketakutan karena ia mengetahui hanya tinggal dirinya yang saat ini ada disana.
Annabelle membereskan semua perlengkapannya dan mulai berjalan keluar dari kelas, lalu mengunci pintunya. Ia berjalan dengan agak cepat, karena cahaya di sepanjang jalan benar-benar redup. Karena sudah sepi, ia bahkan bisa mendengar gema suara langkah kakinya yang cepat, tentu saja itu membuatnya jadi lebih takut, saat ia hampir memasuki elevator, ia menabrak sesosok tubuh yang berdiri di depannya, dan terjatuh.
“Aaaaaaaaaaaah,” untuk kedua kalinya Annabelle berteriak, kali ini menggema di seluruh lantai di sana.
“Kau lagi, aneh,” ujar Carl datar, “teriakanmu membuatku pusing,” ujar Carl datar.
“Ma…maafkan aku, aku sangat takut sekali,” ujar Annabelle setengah menangis.
“Huh, kalau kau takut mengapa kau pulang semalam ini?” ujar Carl tanpa menoleh, “dasar bodoh,” ujar Carl dingin.
“Sudah kukatakan, a…aku mengerjakan tugasku,” ujar Annabelle dan ia masih  tidak kunjung berdiri karena ketakutan.
“Kau mau ikut turun tidak?” ujar Carl dingin sambil memasuki elevator tanpa membantunya untuk berdiri.
“Tu…tunggu, aku ikut,” Annabelle kecewa, ia bangun sendiri dan berjalan gontai menuju elevator.
Safe mode, butuh waktu tiga kali lebih lama sampai lantai dasar,” ujar Carl dingin dan pintu elevator langsung tertutup.
“Te…terima kasih, sudah menungguku,” ujar Annabelle sekenanya, “aku sangat takut sendirian di sini,” ujar Annabelle dengan nafas masih terengah, sementara Carl hanya terdiam, ia bahkan tidak melirik Annabelle sama sekali.
“Maafkan aku bila aku menggangumu, aku hanya takut tadi, aku tidak terbiasa dalam ruangan gelap, tetapi terima kasih ya sudah menungguku,” ujar Annabelle lagi dengan pelan, wajahnya sangat merah saat itu.
“Huh,” ujar Carl singkat.
Elevator pun turun dengan sangat perlahan dari lantai 35 menuju lantai dasar, selama dalam perjalanan ke bawah, Carl tidak pernah menyapa Annabelle sama sekali. Annabelle yang perlahan berdiri, kini telah berada di samping Carl persis. Ia memegang Tas di depan tubuhnya, dan memeluk erat tas tersebut. Ia masih merasa ketakutan berada di ruangan redup meski saat ini ia sedang bersama Carl.
Elevator akhirnya tiba di lantai dasar, dengan cepat Carl berjalan meninggalkan Annabelle sendirian. Tanpa aba-aba, Annabelle pun mulai berlari cepat untuk mengejar Carl yang saat ini sudah berada jauh di depannya. Ia tidak berani menoleh ke belakang, ataupun ke samping, ia hanya fokus untuk mengejar Carl dan sebisa mungkin tetap ada di dekatnya.
Gerbang utama gedung kelas akhirnya di depan mata, ternyata Carl sudah menunggu Annabelle disana, setelah Annabelle mendekatinya, ia pun membuka pintu dan keluar terlebih dahulu. Niat jahilnya pun kembali muncul di benaknya, dengan santai Carl mengunci pintu dari luar dan saat Annabelle ingin membukanya, tentu saja pintu itu tidak terbuka.
“He…hei, tunggu aku, a…aku takut sendirian di sini!” teriak Annabelle kepada Carl yang perlahan berjalan menjauhi Annabelle.
“Kau lagi, menyusahkan,” ujar Carl acuh dan ia tetap berjalan menjauh.
“Jangan tinggalkan aku, kumohon,” pinta Annabelle dengan lirih, “to…tolong buka pintunya,” ujar Annabelle sambil menekan keyplace pintu otomatis itu.
“Kau buka saja sendiri,” ujar Carl dan ia berhenti, “kau bisa membukanya manual, tidak perlu menekan keyplace berulang kali,” ia menoleh ke arah Annabelle dan berjalan mendekatinya. Ia lalu membuka kunci pintu tersebut dan pintu itu terbuka.
“Te…terima kasih.”
“Sekarang pulanglah,” ujar Carl dingin ia lalu berjalan menjauhi Annabelle.
Meski ia sangat ketakutan, tetapi ia sangat bahagia bisa sedekat ini dengan pujaan hatinya yang telah ia idamkan selama ini. Ia tidak menyangka Carl akan berada sedekat ini dengan dirinya. Saat ia tersadar dari lamunannya, Carl sudah menghilang, ia tidak terlihat lagi di manapun. Annabelle pun berjalan menuju tempat parkir, tempat dimana supirnya selalu menunggunya sampai jam berapapun.
Dengan helaan nafas panjang, ia memasuki pintu kiri Maybach 62S miliknya, dan merebahkan badannya. Ia masih melamunkan pria yang menjadi pujaan hatinya sampai saat ini. Sementara Carl, ia kembali ke rumahnya yang sampai saat ini belum pernah diketahui oleh seorangpun. Betapa kagetnya ia, saat tiba di kamar, ada puluhan miscall di teleponnya.
Tidak ada nama dalam telepon itu, tetapi ia mengetahui bahwa penelepon adalah orang Jepang, karena prefix-nya adalah +81, dengan sigap ia mencari dimana telepon itu berasal. Kurang dari 5 detik, database sudah menemukan, bahwa yang menelepon adalah keluarga Izumi. Carl menelepon balik ke nomor tersebut, dan di layar monitornya, seorang gadis mengangkat telepon tersebut.
Moshi-moshi Carl, ogenki desuka?
Watashi wa genki desuka,” ujar Carl yang kali ini sedikit lebih hangat dari ucapannya kepada Annabelle.
Ashita watashi o hirou koto ga dekitara?”
Mochiron, anata wa soko ni nanjigan o eru nodarou ka?
Asa no roku, watashi wa koko kara hayaku de.”
Anata no kenkouna Reika miru koto ga ureshii,” ujar Carl tersenyum kecut.
Arigatou, watashi wa Weyfert de gakkou ni iku koto o keikaku shite imasu. Watashi wa Meiou gakkou kara idou shite watashi no sewa o shite kita.
“Baiklah kalau begitu, sampai jumpa di sini Reika,” ujar Carl.
“Terima kasih Carl, nanti kau bantu aku ya saat sampai di sana,” ujar gadis itu dengan nada yang sangat hangat.
“Baiklah,” ujar Carl singkat, dan ia menutup saluran telepon tersebut.
Carl tentu saja mengingat gadis itu, dia adalah Izumi Reika, salah satu personil Idol Group di Jepang yang sangat digemari di dunia, khususnya di Jepang. Tidak ada yang tahu siapakah dia, dan mengapa ia dekat dengan Carl, dan apa hubungannya. Sementara Annabelle saat ini sudah tiba di apartemennya, setibanya di rumah, ia segera mandi dan mengerjakan tugas yang diberikan gurunya tadi siang, setelah selesai dengan tugasnya, Annabelle menghabiskan waktunya dengan surfing di internet.
Tanpa sengaja, ia membaca artikel berita di internet tentang kepindahan anggota Idol Group di Jepang yang akan bersekolah di Weyfert, dia adalah Izumi Reika. Semula Annabelle hanya tersenyum karena memang Idol Group sangat digemari saat ini di berbagai Negara, selain dari aksi panggung dan lagu-lagu yang menjadi hits, personil Idol Group biasanya adalah gadis-gadis cantik yang begitu memukau. Ia pun membaca artikel itu dengan seksama.

Personil EcR-dM, Izumi Reika mengumumkan kepindahannya dari Meiou School ke Weyfert School kemarin (20/8) di base camp EcR-dM di Tokyo. Kepindahannya adalah bentuk dari keseriusan Reichan untuk meneruskan sekolah terlebih dahulu ketimbang karirnya. EcR-dM pun mengadakan farewell party di base camp mereka untuk melepas kepergian Reika yang akan melanjutkan kuliah di Mintche University.
Seperti yang dilansir di blog pribadinya, ia memang sudah berniat bersekolah di Weyfert sejak lama, tetapi karena  ml.;kesibukannya, maka ia harus menunda untuk bisa bersekolah di Weyfert untuk melanjutkan berkuliah di Mintche. Ia juga mengumumkan bahwa ia juga keluar dari EcR-dM, sontak saja kabar tersebut disambut haru oleh para penggemarnya di EcR-dM, dan ia juga mengumumkan akan rehat karir sampai 5 tahun kedepan, setelah kelulusannya dari perguruan tinggi.

Annabelle sedikit tersenyum, dalam benaknya ia berpikir akan ada murid baru mantan Idol Group yang akan bersekolah di Weyfert, tentunya itu akan sangat menyenangkan pikirnya. Banyak pria yang tergila-gila kepada Reika, banyak pula yang berharap akan datangnya Reika kesana. Mereka adalah penggemar Reika yang memang sudah muncul di televisi sejak 4 tahun yang lalu. Ah sudahlah, pikirnya, dan tiba-tiba Annabelle melihat artikel yang cukup mengejutkan untuknya.

DA Power Group kembali melakukan akuisisi terhadap instutisi pendidikan yang selama ini menjadi icon sekolah terbaik di Dunia, Weyfert School. Carl Aldrencht Parschtberg (17) yang merupakan anak laki-laki dari keluarga Parschtberg, melalui Divisi 1 telah membeli kepemilikan sekolah yang nilainya lebih dari Uy 800,000,000,000,000 lengkap dengan fasilitas pendukungnya (20/8).
Menurut Juru Bicara Divisi 1, Edrick Muenchen, DA Power Group berencana untuk mengintegrasikan Weyfert dan Mintche dalam satu kesatuan Aleanore Educational District seperti dalam masterplan Divisi 1. Carl sendiri tidak pernah bisa dimintai keterangan, karena semenjak menjabat CEO dari Divisi 1, Carl memang tidak pernah diketahui ada dimana. Keluarga Parschtberg pun terkesan tertutup terhadap posisi anak laki-lakinya yang diperkirakan berada di Bonn, Jerman.
Meski kepemilikan sekolah telah berubah menjadi milik DA Power Group Divisi 1, tetapi struktur organisasi dan administrasi masih menggunakan sistem lama. Edrick mengatakan bahwa susunan organisasi terdahulu sangat baik dan juga sudah bisa mengisi keberlangsungan sekolah tersebut.
Carl menegaskan melalui Edrick, bahwa meski status Weyfert adalah bahan hukum, tetapi ia tetap menjalakan visi dan misi sekolah tersebut untuk pengembangan SDM dan juga peningkatan taraf hidup masyarakat dunia. 80% keuntungan dari sekolah akan digunakan untuk membangun fasilitas dan juga sebagai beasiswa untuk murid yang memiliki prestasi yang baik.
Setelah memasuki tahun ajaran baru, Weyfert akan melakukan seleksi internasional untuk menjaring siswa terbaik setiap Negara bisa bersekolah dan membangun bumi supaya lebih maju lagi. Pada akhir konferensi pers, Edrick menyatakan secara resmi Mainframe Weyfert sudah diintegrasikan ke dalam Mainframe DA Power Group, sehingga kontrol data bisa jauh lebih mudah dilakukan.

Apa-apaan ini, sungut Annabelle di dalam hati, untuknya dari sekian banyak nama Carl, hanya Carl Parschtberg lah yang paling ia benci. Tetapi melepas itu semua, ia tetap bahagia karena bisa bertemu berulang kali dengan Carl yang ia puja, meski sebenarnya keduanya adalah orang yang sama. Setelah menyelesaikan pekerjaannya, ia menutup notebook-nya dan mulai tertidur, ia berharap esok jauh lebih menyenangkan daripada hari ini.

Entri Populer

Diberdayakan oleh Blogger.