Hari ini, bulan kedua di semester ganjil bagi
murid-murid di SMA Weyfert International
School. Sekolah yang dinobatkan sebagai sekolah terbaik dan memiliki
fasilitas yang terlengkap, termewah dan area yang terbesar pada Orion Arm Constellation. Maka, tidak
heran, hanya anak-anak terpilih yang dapat bersekolah di sana, biasanya mereka
dari kalangan kelas atas dan juga kalangan para jenius. Hanya saja, ada satu
Murid yang tampak begitu sederhana, bahkan tidak ada seorangpun yang tahu
siapakah dia yang sebenarnya.
Dibalik kesederhanaannya, ada rahasia besar yang
tidak pernah diketahui oleh siapapun di lingkungan sekolah tersebut. Laki-laki
itu bernama Carl Aldrencht Parschtberg,
anak kedua dari pemilik perusahaan dan juga pengendali terkuat di Orion Arm Constellation, DAPG atau DA Power Group. Ia adalah seorang M.o.G.,
Master of Genius, gelar yang
menandakan ia adalah orang serba bisa dan memiliki kemampuan yang jauh melebihi
siapapun.
Ia lulus dengan predikat AR-1 saat berumur 13 tahun
dari Mintche Technological Institute and
University atau MTIU. Universitas tersebut adalah Universitas terbaik dan
juga salah satu dari 8 universitas yang memiliki jurusan Genius Degree di Orion Arm Constellation. Tentunya, ia
harus kembali bersekolah dari awal dan juga memulai cerita baru tentang
hidupnya, agar ia dapat melanjutkan ke degree yang lebih tinggi, yaitu Ge.D.,
atau Genius Doctoral. Dalam
penyamarannya, ia menggunakan nama Carl Schnneider.
Meskipun ia sederhana, tetapi banyak gadis yang
menaruh simpati kepadanya, bukan karena ia tampan, tetapi karena sikap
dinginnya dan juga beberapa hal yang membuatnya begitu disukai disana. Menurut
survey tahunan yang dilakukan oleh Weyfert, 5 dari 10 gadis yang pertama
melihatnya pasti langsung menyukainya. Dibalik karismanya, ia adalah seorang
pria yang dingin dan tidak mengerti cinta.
Sejak ia bersekolah disana hingga saat ini, ia
telah membuang 14 surat cinta ke dalam tempat sampah di depan mata gadis yang
mengirimkankan surat tersebut kepadanya. Memang ia terkesan sombong, tetapi hal
itu tidak membuat gadis lainnya mengurungkan niatnya untuk menyukainya lebih.
Saat ini, Carl sudah berada di kelas XII-Epsilon
dan itu bukanlah kelas unggulan, hanya kelas yang berisi murid pintar, bukan
jenius. Sejak ia masuk dahulu, Ia memiliki sahabat, namanya adalah Dyllan Mc Edward. Saat ini, ia sudah
tidak sekelas lagi dengan sahabatnya, padahal sejak pertama kali ia masuk,
mereka selalu sekelas, sementara Dyllan Saat ini ada di kelas XII-Alpha-Omega.
Kelas tersebut merupakan kelas unggulan di sekolah tersebut, karena siswa yang
lulus dari Alpha-Omega, 100% akan masuk ke jurusan bergengsi di MTIU.
Saat berangkat sekolah, mereka selalu bertemu
begitu pun pagi di akhir musim gugur saat itu. Mereka berjalan dari koridor
depan hingga kelas masing-masing, setelah tiba di persimpangan kelas, mereka
mengucapkan salam perpisahan. Carl masuk ke kelasnya begitupun dengan Dyllann.
Pelajaran pertama di kelas Carl adalah matematika. Meskipun ia adalah M.o.G.,
ia tidak pernah menyukai pelajaran atau materi matematika sekolah, menurutnya
membosankan dan keluar dari esensi matematika yang bersifat eksakta. Tetapi
pelajaran itu harus terus ia ikuti sambil bermain game online yang ia ciptakan
sendiri, Ecclaires.
“Carl, kau jangan main terus, bagaimana kalau nanti
Pak Symon bertanya padamu?” tanya Eddie, temannya.
“Huh, sudah setengah jam ia mengoceh, dan aku
sangat bosan,” ujar Carl tetap konsentrasi pada notebooknya, “mau kau bilang
apa tentangku atau apapun tentang Matematika, aku tetap benci pelajaran
matematika,” ujar Carl dan ia sedikit melirik Eddie.
“Baiklah, itu keputusanmu,” ujar Eddie, ia lalu
memperhatikan guru tersebut kembali.
“Hei Carl, putuskan koneksinya!” bentak Symon
tiba-tiba “setiap kali aku menjelaskan materi, kau selalu bermain game, memangnya
kau tidak mau lulus?” ia lalu menghampiri Carl, seisi kelas mendadak
memandangnya.
“Huh, tidak bisa Pak, Saat ini, saya sedang melawan
boss kalau kuputuskan sekarang saya
tidak akan dapat EXP,” ujar Carl dengan tetap bermain game.
“Jawab pertanyaanku, kalau kau tidak bisa menjawab,
aku akan keluarkan kau dari sini dan aku pastikan kau tidak lulus!” bentak
Symon, saat itu sudah di sebelah Carl, “berapa Log 7633?” tanya guru itu dengan
nada tinggi.
“Lalu apabila saya bisa menjawab, apa yang akan
Anda lakukan?” tanya Carl sambil tetap bermain game.
“Aku akan biarkan kau tetap di kelas,” ujar Symon
yang sangat yakin Carl tidak akan bisa menjawabnya, “dengan presisi 31 angka di
belakang koma, jawabannya adalah 3.8826952623815971034591962480718,” ujar Carl
dan memandang Symon.
“Hebat, aku hanya tahu 3.88 jawabanya,” ujar Symon
terkejut, lalu Carl kembali bermain game, “bagaimana bisa?”
“Itu mudah, dan rahasia,” Carl lalu memandang lid
notebooknya lagi, “sekarang, aku tetap bisa main game kan?”
“Terserah kau saja,” Symon lalu kembali ke depan
kelas dan mengajar lagi.
Pelajaran selesai setelah satu setengah jam
berlalu, dan Carl sering ditanya mengenai pelajaran, tetapi ia menjawabnya
dengan mudah. Pelajaran pun selesai, setelah break 10 menit, pelajaran dilanjutkan dengan Pelajaran seni musik.
Carl sangat menyukai kesenian musik, selain itu ia juga pandai memainkan semua
alat musik. Tidak hanya itu, ia juga bisa menyanyikan nada lagu rumit yang
menurut sebagian orang, hal itu adalah sesuatu yang tidak mungkin.
Dua jam telah berlalu tidak terasa, pelajaran yang
begitu mengasyikkan baginya hanya terasa sebentar. Setelah selesai pelajaran
itu, tibalah waktu istirahat. Ia bersama Eddie pergi kantin di lantai 33.
Mereka selalu menghabiskan waktu istirahat mereka di sana bersama teman satu
kelasnya. Setelah selesai makan siang, ia lalu berkunjung ke kelas
XII-Alpha-Omega, tempat dimana Dyllan berada.
Ia selalu menjadi pusat perhatian para gadis di
Weyfert, meski sikapnya sangat dingin, tetapi banyak saja gadis yang terpesona
oleh karisma Carl. Seperti biasa, ia hanya acuh dan terus menatap kedepan,
tanpa sedikitpun menoleh ke arah gadis yang melihatnya. Terkadang, banyak gadis
yang ditolaknya berpikir ia memiliki orientasi yang salah, sehingga tidak
menyukai wanita. Tentu saja, hal itu tidak pernah digubris sedikitpun.
Tanpa memberikan salam dan kata-kata, ia langsung
saja memasuki ruang kelas sahabatnya sendirian. Sementara Eddie telah kembali
ke kelasnya, karena ia tidak mau berurusan dengan Weyfert SG apabila mengacau ke kelas lain. Ini adalah pertama
kalinya Carl berkunjung ke kelas Dyllan, karena biasanya mereka bertemu di
kantin. Karena Dyllan tidak bisa ia temui, maka ia menghampiri Dyllan ke
kelasnya.
Ia serta merta menghampiri Dyllann, lalu duduk di
atas meja tanpa ada rasa bersalah. Padahal menurut peraturan sekolah, tidak ada
seorangpun siswa yang diperbolehkan duduk di atas meja. Carl dan Dyllan
berdiskusi mengenai game Ecclaires, karena menurut jadwal, minggu depan akan
ada perang guild, dan Carl tidak ingin menyiakan kesempatan itu. Carl memandang
ke belakang Dyllan, dan ia melihat gadis berambut panjang duduk di belakangnya.
Ia sedikit terkejut, mungkin ini adalah pertama kainya Carl melihat wanita
hingga seperti itu.
“Siapa dia?” tanya Carl tanpa memandang ke arah
gadis itu, “yang mana?” tanya Dyllan ia masih belum mengerti pertanyaan Carl,
“seseorang di belakangmu,” ujar Carl lalu memandang keluar, “memangnya kau
tidak tahu?” tanya Dyllan heran.
“Benar, aku baru pertama kali melihatnya,” dan saat
itu pula, gadis tersebut berusaha tersenyum hangat ke arah Carl, tetapi
laki-laki itu tidak melihatnya.
“Aneh, kau tidak pernah bertanya seperti itu,” ujar
Dyllan dan mengernyitkan dahinya, “kau menyukainya?”
“Huh, aku hanya bertanya siapa dia, dan itu bukan
berarti aku suka kepadanya,” sungut Carl datar.
“Dia adalah Miss Weyfert, dan sangat populer di
Weyfert,” ujar Dyllan dan tersenyum.
“Memangnya ada kontes seperti itu ya, aku baru
mengetahuinya?” tanya Carl heran.
“Jelas kau tidak tahu, kau tidak pernah peduli
dengan gadis manapun,” lalu Dyllan tertawa kecil.
“Begitu ya, aku ingin sedikit mengetahuinya,” ujar
Carl, ia lalu mengeluarkan sesuatu dari sakunya, benda kecil berwarna hitam dan
hijau, lalu ia mengaktifkannya dan memasukkan MAC Address sebuah notebook.
“Apa yang ingin kau lakukan Carl?” seakan Dyllan
tahu apa yang dilakukan oleh Carl.
“Aku akan berbicara dengannya, jika ia mau
mengembalikan ini kepadaku,” lalu Carl meletakkan alat itu di meja gadis itu.
Pada benda itu, jelas tertulis nama Carl Schnneider,
sehingga gadis itu akan mengenali benda yang ia letakkan di dekat notebooknya.
Carl tersenyum kecut kepada gadis itu, dan ia justru membalas Carl dengan
senyuman manis. Carl sedikit kaget, tetapi itu tidak akan mengurungkan niatnya
untuk mengerjai gadis yang bahkan ia belum kenal. Ia meletakkan benda tersebut,
dan pergi meninggalkan kelas Alpha-Omega, saat pergi, gadis tersebut masih
tetap tersenyum kepada Carl.
Ia berjalan dengan cepat menuju kelasnya, dan benda
itu pun bekerja dengan sendirinya. Sebenarnya itu adalah penghapus HDD nirkabel,
yang biasa digunakan untuk melakukan format
disk apabila ada jaringan nirkabel yang terhubung dengannya. Alat tersebut biasa
digunakan untuk melakukan remote format
pada Server di Datacenter. Normalnya,
alat tersebut harus diverifikasi, tetapi dengan sedikit modifikasi, alat tersebut
tidak perlu diverifikasi.
Dyllan menoleh kebelakang, tetapi gadis tersebut
mengetahui juga mengetahui alat tersebut adalah HDD Eraser, untunglah OS yang dia gunakan adalah DAPG Kirx-9 yang
merupakan OS terbaru untuk Desktop dan Notebook dari DAPG. Sehingga HDD Eraser
tidak berfungsi. Gadis tersebut tersenyum dan ia meletakan alat tersebut di saku
blazernya.
Jam-jam terakhir mereka lewati, dan akhirnya mereka
sampai saat pulang sekolah. Sesaat setelah tanda sekolah usai berbunyi,
murid-murid satu persatu keluar kelas dan meninggalkan sekolah, kecuali Carl
yang saat itu masih di kelas. Dengan menggunakan VPN, ia melakukan koneksi ke
Server DAPG, dan ia mengembangkan program untuk OS selanjutnya, yaitu Kirx-10.
Selain sebagai M.o.G., Carl adalah Pejabat Penting di DAPG, posisinya adalah
sebagai CEO DAPG Divisi 1, yaitu divisi utama dari DAPG sebagai produsen
Hardware dan Software IT dari Desktop Class, hingga Mission-Critical Server.
Sekilas mengenai DAPG, perusahaan tersebut memiliki
11 divisi, dimulai dari Divisi 0, yaitu Perusahaan Induk yang dimiliki oleh
orang tuanya. Divisi 1 adalah Teknologi Informasi; Divisi 2 adalah Telekomunikasi
dan Satelit; Divisi 3 adalah Infrastruktur Umum; Divisi 4 adalah Kontraktor dan
Bangunan; Divisi 5 adalah Pendidikan; Divisi 6 adalah Kesehatan dan Pengobatan;
Divisi 7 adalah Otomotif; Divisi 8 adalah Makanan dan Minuman; Divisi 9 adalah Investasi
dan Perbankan; Divisi 10 adalah Administrasi Luar Angkasa; Divisi 11 adalah Militer
dan Pertahanan. DAPG memiliki banyak cabang di Orion Arm Constellation, sehingga mereka dinobatkan perusahaan
dengan asset terbesar dan terkuat di Orion
Arm Constellation.
Setelah selesai ia mengerjakan proyek Kirx-10, ia
akhirnya keluar dari kelas, sementara keadaan di sekolah sudah sangat sepi. Ia
tidak mengetahui apabial gadis tersebut masih di sekolah, ia masih menunggu
Carl dan ingin mengembalikan HDD Eraser
yang sengaja ditinggal di Alpha-Omega. Ia berjalan pelan menuju gerbang barat,
dan pastinya ia melewati kelas Alpha-Omega. Sesampainya disana, ia melihat
gadis tersebut baru keluar dari kelasnya. Dari wangi yang ia cium, ia langsung
mengetahui bahwa gadis tersebut adalah gadis yang duduk di belakang Dyllan.
“Hei kau,” panggil Carl, “eh, ka…kau memanggilku?”
tanya gadis itu dengan gugup, Carl terdiam di posisinya sementara gadis itu
berjalan perlahan dengan jantung yang berdetak sangat keras.
“Mengapa baru pulang sesore ini?” tanya Carl,
seperti Polisi yang sedang menginterogasi.
“Ah, a…aku baru saja me…menyelasikan tugasku,” ujar
gadis itu agak terbata, wajahnya mulai memerah
“Aku tidak percaya,” ujar Carl lalu melirik ke arah
gadis itu, “dasar bodoh.”
“Eh?” ujarnya kaget, “bukankah jam terakhir tadi
guru yang seharusnya mengajar tidak masuk karena sedang ada pertemuan,
bagaimana bisa kau menyelesaikan tugas sesore ini?” tanya Carl dengan nada
datar.
“Ta…tapi, tapi aku tidak berbohong,” ujar gadis itu
sangat defensif.
“Detak jantungmu makin cepat, kau berbohong,” ujar
Carl dan berjalan pelan mendekatinya.
“Eh, ta…tapi aku tidak
berbohong,” wajah gadis itu berubah menjadi merah.
“Sudahlah,” lalu Carl pun berjalan perlahan
melewati gadis itu.
Gadis tersebut berjalan dibelakang Carl, sehingga
ia mengikuti ke mana Carl pergi. Carl sengaja berputar-putar di sekolahan
tersebut, karena ia tahu bahwa ia sedang diikuti. Dan akhirnya, saat ia mulai
merasa terganggu, Carl membalik badannya, dan langsung menatap gadis itu. Waktu
itu cahaya di sekolah agak redup, sehingga cukup mengagetkan gadis tersebut saat
wajah Carl tiba-tiba muncul.
“Mengapa kau mengikutiku?” tanya Carl dingin,
“padahal aku hanya berputar-putar tadi,” ujar Carl sedikit kesal.
“A…aku, aku takut sendirian,” ujar gadis itu dengan
nada yang bergetar.
“Bukan itu,” ujar Carl pelan, “ada suatu hal yang
membuatmu mengikutiku, ini baru jam 1745,” ujar Carl datar.
“I…itu, a…aku hanya ingin mengembalikan ini,” ujar gadis
itu sambil memberikan HDD Eraser
kepada Carl, ia tertunduk tidak memandang laki-laki itu sama sekali.
“Huh,” ujar Carl datar dan menerimanya, “lain kali,
kau jangan meninggalkan itu lagi ya,” ujarnya sambil tersenyum, setelah itu
Carl pergi dari sana tanpa sepatah katapun.
Gadis tersebut masih mengikutinya hingga pada
persimpangan parkir mobil, Carl tiba-tiba sudah menghilang, dan ia tidak
terlihat lagi oleh gadis itu. Tidak ada yang mengetahui apa yang Carl gunakan
untuk ke sekolah, apakah naik MRT atau naik mobil, karena Carl benar-benar
tertutup, dan tidak ada seorangpun yang mengetahui kehidupannya. Saat gadis itu
akan masuk ke dalam mobil, temannya telah menunggu disana. Ia adalah Hevn Evalion, teman sekelas gadis itu.
Dengan menaiki Maybach 62S milik gadis itu, mereka berdua berjalan pulang.
“Kau menyukainya kan?” tanyanya dengan tertawa kecil, “eh, siapa yang kau
bicarakan?” tanya gadis itu balik, wajahnya memerah saat itu.
“Carl Schnneider, kau menyukainya kan?” Hevn lalu memandang mata gadis itu
dalam-dalam.
“Ti…tidak mungkin kan a…aku menyukainya,” wajahnya berubah jadi merah padam saat itu.
“Kau adalah gadis yang tegas, tidak pernah
terbata,” ujar Hevn meledek, “sudahlah aku mengetahui pasti sejak pagi tadi
saat kau melihatnya,” desak Hevn.
“Sudah kukatakan kan,” bantahnya dengan wajah yang semakin memerah.
“Sudahlah, mengaku saja,” ujar Hevn, “ini akan
menjadi rahasia kita berdua,” ujar Hevn setengah berbisik.
“Tidak mungkin kan,
aku me…menyukainya,” ujarnya pelan dan dengan wajah yang sangat merah.
“Tidak perlu berbohong lagi kepadaku, aku
mengenalmu sejak umur 5 tahun, dan aku mengenal siapa dirimu,” ujar Hevn pasti,
“sudahlah katakan saja kepadaku.”
“Ya aku mengaku, aku menyukai Carl,” wajahnya
langsung memerah saat itu, “aku menyukainya karena di Weyfert ia yang paling
sederhana,” gadis itu tertunduk dengan wajah yang sangat merah.
“Akhirnya kau mengaku juga,” Hevn tertawa kecil
saat itu, “tetapi sejak kapan kau menyukainya?” tanya Hevn lagi, gadis itu
memandang Hevn dengan wajah yang merah.
“Itu sudah lama,” ujar gadis itu tertunduk, “rasa
itu datang begitu saja.”
“Kau sungguh
polos,” ujar Hevn sambil tertawa, “aku baru mengetahui kau jatuh cinta setelah
sekian banyak surat dan pernyataan cinta kau tolak,” ujarnya lagi dan saat itu,
Ferrari AFX tengah mendahului mereka, “bukankah itu mobil milik keluarga
Parschtberg, DAPG 03 01,” ujar Hevn lagi.
“Milik anak bungsunya, aku sering melihatnya
melintas akhir-akhir ini,” ujar gadis itu sehingga merubah topik pembicaraan,
“aku sangat membencinya,” sambungnya lagi.
“Apakah ada yang salah dengan anak bungsunya?”
tanya Hevn.
“Aku tidak suka karena kesombongannya,” ujar gadis
itu dengan kesal, “ia selalu mengatakan segala sesuatunya melalui orang
kepercayaannya,” gadis itu lalu melihat mobil itu telah pergi.
“Sudahlah, lebih baik memikirkan tugas untuk esok,
karena bobot nilainya tergolong tinggi,” Hevn berusaha menenangkan gadis itu.
Gadis itu memerintahkan supirnya untuk menambah
kecepatan mobilnya menuju apartemen di Belldandy, Apartemen Mewah tempat Hevn
dan gadis itu tinggal. Mereka tinggal terpisah, dan mereka tinggal sendiri,
karena orang tua kedua gadis itu tidak ikut mereka ke Apartement. Hevn tinggal
di Apartement nomor 29-080 dengan nama Evalion di depan pintu kamarnya.
Sementara gadis itu tinggal di Griya Tawang, di lantai 35, dan di Lift tertulis
Althalie, dan lantai 35 adalah khusus miliknya. Sesampainya di apartement,
gadis itu langsung merapikan pelajaran untuk esok, dan ia mulai mandi.
Setelah selesai mandi, gadis itu mulai mengambil
notebook-nya dan membuka file demi file tugas yang harus ia kerjakan. Sebentar
lagi, adalah waktu kelulusan, dan ia berharap akan masuk MTIU dan mengambil
jurusan yang ia inginkan. Gadis ini tidak mahir dalam pelajaran IT, terlebih
yang berhubungan dengan Processor dan Programming Processor, sehingga pada
tugas kali ini ia benar-benar harus berusaha menyelesaikannya demi mendapatkan
nilai yang bagus. Ia belajar dengan sangat giat, sementara Carl sedang asyik
bermain Eclaires Online di rumahnya.
Tanpa disadarinya, waktu telah menunjukkan pukul
sebelas malam, matanya pun sudah mulai lelah, sehingga ia pun memutuskan untuk
tidur, tanpa lupa untuk memeriksa kamarnya terlebih dahulu sebelum ia pergi
tidur. Hari ini, ia membayangkan wajah pria idamannya, Carl Schnneider dan ia
tertidur dengan senyuman.
Mentari pagi mulai terbit perlahan menyapa gadis
itu yang saat itu masih terlelap tidur, rupanya, setelah belajar hingga larut
malam membuatnya sedikit mengantuk. Biasanya ia bangun sangat pagi, tetapi karena
tidur larut, ia sedikit kesiangan saat itu. Tetapi, mengingat wajah Carl, ia
langsung terbangun dan bergegas berjalan menuju kamar mandi. Ia mandi dengan
semangat dan langsung bersiap berangkat menuju sekolah bersama Hevn.
Sesampainya di sekolah, gadis tersebut turun di
tempat seperti biasanya, dan saat itu ia berjalan sendirian di koridor panjang
menuju gerbang gedung sekolahnya. Ini masih terlalu pagi untuk murid Weyfert
datang ke sekolah, ia terlalu bersemangat hingga lupa bahwa saat ini masih jam 0615,
dan itu masih sangat pagi. Sesaat kemudian, Carl sudah berada di belakangnya,
tentu saja wajah gadis itu memerah karena mengetahui bahwa Carl saat ini ada di
belakangnya. Carl berjalan makin cepat, dan ia mulai berada di samping gadis
tersebut.
“Sepertinya aku pernah melihatmu,” ujar Carl
dingin.
“Eh, kau kan yang kemarin,” ujar gadis itu dengan
wajah yang sangat merah.
“Teman sekelasnya Dyllan,” ujar Carl datar, “pantas
saja,” ujar Carl masih berjalan di sebelahnya.
“Ka…kau ada apa memangnya?” gadis itu melihat Carl
dengan wajah yang sangat merah.
“Tidak apa, hanya saja aku tidak pernah bertemu
gadis sesering ini sebelumnya,” ujar Carl dan pergi dengan cepat dari sana.
“Eh,” ujar gadis itu pelan, saat itu wajahnya
sangat merah.
Carl langsung jalan ke kelasnya dengan cepat,
seperti biasanya, ia selalu menjadi murid pertama yang datang di kelasnya, dan
saat itu yang ia lakukan adalah membuka notebook dan melihat-lihat apa yang
terjadi di sekolah itu. Ia sangat tertarik dengan tugas harian milik gadis yang
duduk di belakang Dyllan. Ia tersenyum, dan ia pun mulai memasuki system root dan melihat apa yang telah
ia kerjakan.
“Jadi, namamu Annabelle
Kathleena Althalie, kau adalah anak Sulung Althalie,” Carl lalu mengetik
sesuatu, “lalu coba kita lihat, apa yang terjadi apabila aku merubah string disini, aku akan menunggu saat
itu, huh.”
Carl berbicara sendiri di kelasnya, setelah itu ia
nampak tersenyum, ia melakukan sesuatu kepada Annabelle, gadis itu. Dan saat
itu, tidak ada yang menyadari, bahwa Carl bisa memasuki System Root di DAP
Myric-7, yaitu OS Server yang memiliki sekuritas sangat tinggi, bahkan mudah
bagi Carl untuk menembusnya.
Setelah beberapa menit, datanglah seorang gadis
teman sekelas Carl yang sejak kelas XI sudah sekelas dengan Carl di kelas
Epsilon. Ia adalah Asuka, yang sejak dahulu selalu menyimpan perasaan kepada
Carl. Ia memang pernah memiliki kedekatan khusus dengan Carl, karena sejak
dahulu, mereka sering dipasangkan dalam beberapa perlombaan. Tetapi, Carl sama
sekali tidak memiliki perasaan. Dengan sedikit takut, ia menghampiri Carl yang
saat itu masih log in ke Server
Weyfert.
“Maaf Carl, bisa bicara sebentar?” ujar gadis itu
dan berdiri di samping Carl.
“Tentang apa?” tanya Carl singkat, “ada masalah
dengan basic dan declaration yang aku berikan?” tanya Carl, dengan dingin
sambil menatap keluar jendela.
“Bukan itu Carl, te…tetapi,” wajah gadis itu
memerah saat mengatakannya
“Cepatlah katakan, aku tidak suka berlama-lama!”
ujar Carl dengan nada yang meninggi.
“Aku mohon terimalah ini,” ujar Asuka dengan wajahnya
yang merah ia memberikan sesuatu kepada Carl.
“Apa ini?” tanya Carl terheran, “Hulunduf untukmu,”
ujar gadis itu lalu Carl hanya memandang gadis itu dan menerimanya.
“Dan a…aku ingin mengatakan bahwa,” ujar gadis itu
pelan, Carl lalu menutup lid notebooknya.
“Sudahlah, simpan kata-katamu,” ujar Carl dingin,
“lalu terima kasih untuk Hulundufnya,” ia lalu pergi dari kelas itu dan
membuang cokelat yang ia terima di tempat sampah yang terletak di depan kelasnya.
“Carl, mengapa kau begitu dingin kepadaku?” ujarnya
sedikit menyesal, dan air matanya mulai mengalir.
Setelah ia memastikan Asuka sudah tidak berada di
kelas, Carl lalu kembali lagi ke kelasnya dan menyalakan lagi notebooknya. Ia
mulai lagi meneruskan OS DA Power Kirx-10, karena ia adalah salah satu Key
People dalam pengembangan Kirx-5 sampai Kirx-9, juga untuk Myric-1 hingga
Myric-7. Saat ia sedang meneruskan OS-nya, tiba-tiba datanglah seorang lelaki
dari kelas XII-Delta, dan ia berdiri di depan Carl. Laki-laki itu adalah Daniel Clyde, seorang anak konglomerat
yang menjadi Don Juan di Weyfert.
“Ternyata kau lagi Carl!” bentak Daniel sambil
mendobrak meja Carl, “sudah kesekian kali aku mendengar keluhan gadis yang
ditolak cintanya olehmu.”
“Huh, lalu apa masalahmu dengan itu?” ujar Carl, ia
tidak memperhatikan laki-laki itu sama sekali.
“Terserah kau mau dekati siapapun, asalkan jangan
gadis itu,” ujar Daniel sedikit kesal.
“Gadis berambut coklat yang bergelombang itu maksudmu?”
tanya Carl sambil tersenyum kecut, “itu terserah kepadaku, tidak ada urusannya
denganmu kan?”
“Kurang ajar kau Carl,” Daniel berteriak dan
meninju wajah Carl.
“Terlalu mudah untuk ditangkis, sebaiknya kau
belajar lebih lagi,” ujar Carl dan ia menangkis tinju Daniel, “dan masalah
Annabelle, itu bukan urusanmu.”
“Si…sial, siapa sebenarnya kau?” Daniel heran
karena serangannya dapat ditangkis dengan mudah.
“Aku hanyalah murid beasiswa di sini,” ujar Carl
dan ia memandang Daniel dengan tajam.
Lalu Carl hanya terdiam saja di kelas, dan dengan
sendirinya Daniel pergi meninggalkannya. Ia mulai lagi melanjutkan Proyek OS
yang masih ia kerjakan sampai saat ini. Ia tersenyum, sambil memperhatikan data
yang telah ia dapatkan dari Data Center Weyfert, tentu saja dari gadis yang
telah ia ketahui sebelumnya.
Carl agak jenuh dengan proyek OS-nya, lalu ia
perlahan meninggalkan kelas dan menuju kelas Alpha-Omega. Ia sebenarnya ingin
menemui sahabatnya, Dyllan, tetapi saat ia ingin memasuki ruangan tersebut ia
melihat Annabelle sedang berbicara dengan teman sekelasnya. Entah string apa yang telah dirubah oleh Carl,
sehingga ia sedikit tersenyum ketus kepada gadis tersebut.
Dengan sangat santai, Carl masuk ke kelas
Alpha-Omega dan ia langsung duduk di tempat Dyllan, dan ia mengetahui bahwa
gadis tersebut ada di belakangnya. Ia mengetahui bahwa gadis tersebut tengah
memandangi sosoknya dari belakang, dan ia sedikit menoleh untuk melihat
wajahnya. Tentu saja, saat Carl meliriknya, wajah gadis tersebut menjadi
memerah, dan ia tidak dapat memendam ekspresi tersebut dari Carl.
Tidak lama kemudian, teman sebelah Annabelle,
Elaine, datang dan langsung terheran melihat Carl duduk di sana. Ia lantas
memperhatikan gerak-gerik Annabelle yang berbeda saat ada di dekat Carl. Pria itu
tampak sangat dingin sambil mengutak-atik ponsel yang saat ini ia genggam,
entah apa yang dia lakukan. Seakan angin segar untuk Carl, Elaine pergi keluar
tanpa mengucapkan sepatah kata kepada Annabelle.
“Kau gadis yang tadi pagi?” tanya Carl datar, ia sedikit
melirik ke arah Annabelle.
“Eh,” gadis itu memandang Carl dengan wajah yang
sangat merah.
“Evolta, benar kan?” tanya Carl masih melirik
Annabelle.
“Eh, maksudmu?” tanya Annabelle balik, ia terkejut
dengan kata-kata Carl.
“Evolta adalah nama spesies mawar yang kau
gunakan,” ujar Carl lalu memandang ke arah luar, “mawar emas, benarkah?”
“Benar, ini mawar emas, memangnya ada apa?”
“Mawar emas hanya ditemukan di planet Etedria yang
amat jauh di sana, tentunya pasti kau memiliki banyak uang untuk membelinya,”
ujar Carl datar, “perjalanan dari Eterdia kesini membutuhkan waktu 3 tahun,
jadi pastinya hanya orang yang berada bisa membelinya,” ucap Carl, dan ia
berbalik badan, langsung menatap wajah Annabelle.
“Eh i…itu, bukan aku,” ujar Annabelle terbata, seketika
setelah Carl menatapnya, lalu ia pun menunduk, wajahnya tertutup poni panjangnya
yang indah.
“Mengapa kau menunduk, apakah aku menyeramkan
bagimu?” tanya Carl mendesak Annabelle.
“Ti…tidak, kau tidak menyeramkan, a…aku hanya,”
Annabelle makin tidak dapat menahan perasaannya, wajahnya amat sangat merah
saat itu.
“Detak jantungmu makin cepat, aku bisa mendengarnya
dari sini,” ujar Carl lalu mendekatkan wajahnya ke arah Annabelle, “pertambahan
detak jantung menandakan ketidakstabilan emosi yang terjadi, aku tidak
mengerti, mengapa kau menjadi seperti itu,” ujar Carl lalu menghela nafas, “tetapi,
yang aku tahu, apabila seseorang mengalami peningkatan detak jantung dan juga
tekanan darah, mereka ada dalam perasaan takut, apa aku menakutkan bagimu?”
tanya Carl setelah ucapannya panjang.
“Bukan, aku tidak takut sama sekali kepadamu, a…aku
hanya,” gadis itu tidak dapat menjawab apapun.
“Sudahlah,” ujar Carl, lalu ia berdiri dan
meninggalkan kelas Alpha-Omega dengan santai.
Carl kembali ke kelasnya, ia menuju ke kursinya dan
duduk disana. Ia melihat Asuka, gadis yang tadi memberikan cokelat kepada Carl.
Ia hanya melihat tajam ke arahnya dan memperhatikannya yang sedang menunduk.
Carl tahu benar, gadis tersebut sedang menangis, tetapi ia tidak bergeming, ia
lalu mengaktifkan notebook-nya dan melanjutkan proyek Sistem Operasinya.
Sampai saat ini, Annabelle masih belum mengetahui,
bahwa data PR yang ia kerjakan semalam, dan ia telah posting di Storage Server sekolah sudah hilang.
Wajar saja Annabelle merasa tidak masalah, karena dia tahu benar, bahwa semalam
ia telah mengerjakan PR tersebut. Apalagi, tidak ada waktu untuk Annabelle,
karena jam pelajaran pertama Annabelle adalah olahraga.
Di Weyfert, ada fasilitas lengkap olahraga yang
dibangun di kompleks sekolah tersebut. Mereka membangun fasilitas itu di sektor
7, dan terdiri dari berbagai macam lapangan olahraga Indoor, sampai Sirkuit
Aleanore Ring yang selalu dipakai dalam Grand Prix internasional. Di Weyfert,
ada Sektor-Sektor yang masing-masing memiliki fungsi tersendiri. Sektor utama
adalah gedung sekolah bertingkat 48 yang masing-masing lantai dimiliki oleh kelas masing-masing. Untuk
kelas I, menempati lantai 1 – 3, dengan plaza di lantai 1; kelas II menempati
lantai 4 – 6 dengan plaza di lantai 4, begitu seterusnya hingga kelas XII
menempati lantai 33 – 35 dengan plaza di lantai 33. Sisa 12 lantai ke atas
adalah untuk administrasi dan juga ruangan guru. Sementara lantai 48 adalah
milik Kepala Sekolah, yaitu Sir Arthur
Louise X.
Saat ini, kelas Alpha-Omega sedang menuju ke loker
di lantai 33 untuk mengganti pakaian mereka. Setelah selesai, maka mereka akan
turun melalui elevator dan langsung menuju ke WYB. WYB adalah sarana
transportasi kecepatan tinggi yang mebghubungkan antara sektor, sehingga setiap
siswa di Weyfert dapat dengan mudah menjangkau setiap sektor yang ada. Makan
siang disana selalu disediakan dari sekolah, sehingga letak cafeteria atau
restaurant dipisah ke sektor lainnya.
Sementara Alpha-Omega saat ini sedang melakukan
pelajaran olah raga, Carl di kelas hanya melanjutkan proyek Sistem Operasinya
saja. Pelajaran pertama, saat itu yang mereka pelajari adalah Entrepreneurship dan saat itu Carl tidak
memperhatikan guru saat berbicara pelajaran berlangsung.
Ia hanya membayangkan, bagiamana reaksi Annabelle,
saat ia tahu bahwa ada tugas yang sengaja ia delete di Storage Server Weyfert
sudah lenyap tak bersisa, dan saat itu Carl hanya tersenyum kecut. Ia semakin
bersemangat menyelesaikan pengembangan OS Kirx-10 yang saat itu sedang ia compile satu persatu.
Sudah dua periode pelajaran berlalu, dan saat itu
Carl tahu, Annabelle akan kembali ke kelas dan setiap tugas diperiksa satu
persatu. Carl sudah melihat gadis itu kembali ke kelas dengan pakaian seragam,
saat itulah Carl mengaktifkan transmitter yang terletak di kelas dan juga
kamera CCTV HD yang sudah ia hack sebelumnya. Carl hanya tersenyum kecut
melihat 8 channel CCTV terlihat di layar Notebook-nya.
Annabelle mulai membukan notebook-nya dan memeriksa
semua pekerjaannya yang ia selesaikan tadi malam. Tetapi, alangkah kagetnya ia,
saat menemukan bahwa tugas yang telah ia kerjakan saat ini sudah hilang, dan
padahal ia yakin bahwa semalam data-data pekerjaannya sudah di submit melalui ftp jam sebelas malam. Tetapi, setelah Log ftp diperiksa, Annabelle tidak
menemukan adanya bukti unggahan ke Storage
Server.
Seumur hidupnya, ia selalu rajin mengerjakan PR,
dan ia termasuk anak yang memiliki tingkat ketuntasan yang tinggi dalam hal
tugas, pekerjaan rumah, ataupun ulangan harian. Nilai ujiannya selalu sempurna
di atas 90 dan ia juga pernah mengikuti perlombaan kecerdasan saat ia masih kelas
X dan mengalahkan pesaingnya. Tetapi kali ini, ia merasa sangat terpukul, semua
kesempurnaannya tiba-tiba runtuh akibat data tugas yang telah ia kerjakan
hilang.
“Ini tidak mungkin terjadi, aku sudah mengunggahnya
semalam, tidak mungkin hilang,” ujar Annabelle, dan ia mulai panik, keringat
mulai terlihat di dahinya.
“Ada apa Annabelle?” tanya Hevn sedikit bingun, “memangnya
kenapa dengan tugasmu?” Hevn mencoba mencari tahu dan melihat ke Storage Server
juga.
“Tugasku, semuanya hilang, dan itu tidak mungkin
terjadi, aku telah menyelesaikannya sampai jam sebelas malam, dan tidak mungkin
hilang begitu saja,” mata Annabelle mulai berkaca-kaca.
“Annabelle, tenanglah, kau bisa melihat log dari ftp access yang kau lakukan semalam,” Hevn menenangkan sambil
memegang bahu Annabelle.
“Tidak ada, semuanya kosong, bahkan tidak ada ftp access dari alamat IP atas namaku
semalam, ini tidak mungkin,” Annabelle mulai menangis, ia tahu akan ada
konsekuensi berat atas kelalaiannya.
“Selamat pagi anak-anak, sekarang saya akan memeriksa
pekerjaan rumah kalian, tugasnya cukup mudah hanya compiling instruction set yang telah saya berikan kemarin,” ujar
Guru pelajaran tersebut saat masuk ke dalam kelas, dan ia duduk di kursinya.
“Maaf Pak, saya minta maaf,” ujar Annabelle
tiba-tiba.
“Ada apa Annabelle?” tanya Guru tersebut keheranan.
“Saya tahu, ini aneh, tapi saya tidak mengerjakan
tugas tersebut Pak, maafkan saya,” ujarnya lalu kelas menjadi hening.
“Eh, tidak mungkin,” ujar Guru tersebut heran, dan
seisi kelas melihatnya dengan wajah yang tidak percaya. Annabelle tidak pernah
lupa mengerjakan tugas sekecil apapun, dan ini sungguh membuat seisi kelas
bertanya-tanya.
“Sesuai dengan peraturan Weyfert, apabila seorang
murid sengaja atau tidak sengaja melalaikan tugas dengan alasan apapun, maka
murid tersebut wajib meninggalkan kelas dan tidak boleh mengikuti pelajaran
yang bersangkutan,” ujar Annabelle panjang, dengan tertunduk ia berdiri dan
meninggalkan kursinya, ia perlahan maju ke depan kelas.
“Annabelle, untuk kamu, saya kecualikan, mungkin
ada kesalahan pada sistem, saya yakin kamu telah menyelesaikan tugas tersebut,”
ujar Guru tersebut, ia berdiri dan menghampiri Annabelle, ia berniat mencegah
Annabelle untuk keluar kelas untuk duduk kembali.
“Terima kasih Pak, tetapi saya tidak mau Anda yang
terkena sanksi, biar saya saja yang menjalani hukuman ini, saya rela dua nilai
tugas saya dinihilkan,” ujar Annabelle, saat menatap wajah guru tersebut, ia
menangis.
“Annabelle, kau sungguh murid yang patut menjadi
teladan, saya bangga sudah mengajarkan pelajaran ini kepadamu,” ujar Guru
tersebut, “saya antarkan kamu ke depan kelas,” Guru tersebut mendampingi
Annabelle sampai ke luar kelas.
“Terima kasih Pak,” ujar Annabelle lirih, air
matanya mengalir di pipinya yang memerah, dan dengan wajah yang iba, Guru
tersebut menutup ruangan kelas.
Annabelle tertunduk di depan kelas, ia berdiri
tertunduk menghadap ke Plaza, dan tepat di seberangnya adalah kelas Carl. Ia
yang telah mendengar percakapan Annabelle dengan guru dan temannya tersebut
tersenyum puas, sesekali ia melihat ke jendela dan memperhatikan Annabelle.
Gadis itu menangis, air matanya jatuh membasahi
lantai tempat ia berpijak. Poninya yang panjang menutupi wajahnya, dan rambut
panjangnya yang indah tergerai hingga ke dada. Tidak ada seorangpun yang tahu
bahwa ia menangis di luar sana, dan ia sangat terpukul atas kejadian yang
menimpanya.
Seluruh siswa SMA Weyfert saat ini
memperhatikannya, ia melihat gadis paling sempurna di Weyfert dihukum di depan
kelas. Jelas saja, banyak dari mereka yang menaruh simpati kepadanya, karena
memang Annabelle memiliki banyak penggemar di Weyfert. Bagi Annabelle, sedetik
dalam hukumannya bagai setahun lamanya, dan itu terus menyiksa batinnya yang
baru kali ini dia alami.
Jam demi jam berlalu, tiga periode mata pelajaran
pun telah berlalu, tanda jam istirahat dimulai terlihat di sudut kiri Notebook
setiap siswa di Weyfert. Semua murid bersemangat untuk melepaskan penat setelah
5 periode mata pelajaran, dan dalam sekejap seisi ruangan sudah sepi. Murid
kelas XII-Epsilon hanya tinggal Carl yang masih sibuk dengan Kirx-10, sementara
murid kelas XII-Alpha-Omega bersimpati kepada Annabelle, yang masih mematung di
depan kelasnya. Mereka kaget, melihat air mata yang menetes tanpa henti di
wajah Annabelle.
Carl mengetahui itu dari CCTV yang ia pantau sejak
tadi, ia pun memutuskan untuk keluar kelas. Betapa kagetnya Annabelle saat
melihat Carl keluar kelas, ia sangat malu akan kejadian yang menimpanya
barusan. Ia bergerak dari diamnya, dan perlahan mengangkat wajahnya. Ia pergi
ke toilet yang terletak sejajar dengan kelasnya untuk menghindari Carl.
Niat Carl untuk menjahili Annabelle pun gagal, ia
hanya melintasi kelas Alpha-Omega dan menuju elevator untuk makan siang di
kantin. Disana ia bertemu dengan Dyllan yang sudah menunggunya. Disamping
Dyllan ada Hevn yang tidak hentinya membicarakan Annabelle dan juga keanehan
yang terjadi pada dirinya.
“Hei Carl, cepat kemari, aku sudah pesankan makanan
untukmu,” panggil Dyllan saat Carl memasuki kantin.
“Huh, mengapa kau bawa pengikut kemari?” ujar Carl
dingin dan duduk disamping Hevn yang saat itu berada di depan Dyllan.
“Eh, kau Carl Schnneider kan?” tanya Hevn sedikit
gugup.
“Huh?” ujar Carl sambil menatap dingin.
“Tidak apa, hanya memastikan saja, kalau kau adalah
Carl yang selama ini sudah menolak banyak gadis,” ejek Hevn.
“Itu bukan urusanmu, lagipula aku tidak kenal
denganmu,” ujar Carl dengan masih menatap dingin.
“Hei kalian, sudahlah, seperti anak umur sepuluh
tahun saja,” potong Dyllan, “Carl, biasanya kan kau bisa menyelesaikan masalah
IT, aku hanya ingin bertanya, mengapa tugas milik Annabelle hilang di Storage Server?” sambung Dyllan.
“Sudah diperiksa ftp access-nya?” tanya Carl seolah
ia tidak tahu apa-apa.
“Sudah, tetapi nihil,” sambung Hevn.
“Aku tidak bertanya kepadamu,” ujar Carl dingin, ia
menatap tajam gadis itu.
“Okay, aku diam, itu kan maumu?” sungut Hevn.
“Gut, sie
verstehen was ich sagte,” ujar Carl dingin, “coba berikan aku notebook yang
kau bawa,” Carl lalu meminta notebook Dyllan.
“Kalau memang ftp
access tidak ada, mengapa tidak mengakses redundant server-nya?” tanya Carl, “semua sensitive data pasti ada mirror-nya,
termasuk tugas karena sistem HDD di Weyfert menggunakan RAID 8, sehingga sangat
mudah untuk mengetahui kemana datanya hilang.”
“Lalu bagaimana kau bisa masuk ke redundant server?”
tanya Dyllan, “meski di RAID, bukankah datanya hilang juga saat dihapus?” tanya
Dyllan semakin heran.
“Tentu tidak, akses redundant server-nya, lalu recovery
ke main server, selesai,” ujar Carl
sambil mengutak-atik data yang tersimpan di Storage
Server.
“Benar, data tugas Annabelle sudah kembali lagi,
bagaimana bisa?” tanya Hevn terheran-heran.
“Es ist ein
geheimnis, jetzt rufen sie ihren freund und sagen, dass seine arbeit zurΓΌck
ist,”
ujar Carl dan pergi dari sana tanpa memakan makanan yang telah Dyllan pesan.
Carl kembali ke kelasnya, dan saat itu ia
berpapasan dengan Annabelle yang baru saja kembali dari toilet. Saat di samping
Carl, Annabelle hanya tertunduk, ia sangat malu akan kejadian yang menimpanya
tadi. Carl bahkan tidak memperhatikan gadis itu sama sekali, ia hanya
melewatinya dan kembali ke kelasnya dengan cepat.
Jam demi jam berlalu, saat itu sudah pukul 1859 dan
hanya tinggal beberapa murid yang mengerjakan tugas, termasuk Annabelle yang
masih sibuk di depan Notebooknya. Carl mengetahui itu dan saat tepat pukul 1900
semua unit Notebook dan PC dimatikan secara otomatis, termasuk Notebook yang
Annabelle gunakan. Lampu di ruang kelas dan koridor pun, semua dimatikan, hanya
tinggal lampu redup yang menyala.
Annabelle pun tersentak kaget, karena ia tidak
pernah pulang semalam ini, dan ia baru mengetahui bahwa sistem akan otomatis
seperti itu saat memasuki jam 1900. Terakhir ia memang pulang terlambat, tetapi
tidak sampai jam 1900, sehingga ia sedikit ketakutan dan saat itu Carl
tiba-tiba sudah berada di depannya.
“Aaaaaaaaaaaah,” teriak Annabelle kaget melihat
Carl.
“Bodoh, kau tidak perlu berteriak,” ujar Carl
dingin, ia lalu menatap Annabelle dengan tajam.
“Ka…kau, sedang apa kau disini?” ujar Annabelle
dengan nafas yang masih menderu.
“Aku melihatmu dari kelasku, mengapa kau belum
pulang?”
“A…aku, a…aku mengerjakan tugasku, tadi tiba-tiba
hilang,” ujar Annabelle terbata, dan saat itu wajahnya sangat merah.
“Oh,” Carl langsung pergi dari sana sementara
Annabelle sangat ketakutan karena ia mengetahui hanya tinggal dirinya yang saat
ini ada disana.
Annabelle membereskan semua perlengkapannya dan
mulai berjalan keluar dari kelas, lalu mengunci pintunya. Ia berjalan dengan
agak cepat, karena cahaya di sepanjang jalan benar-benar redup. Karena sudah
sepi, ia bahkan bisa mendengar gema suara langkah kakinya yang cepat, tentu
saja itu membuatnya jadi lebih takut, saat ia hampir memasuki elevator, ia
menabrak sesosok tubuh yang berdiri di depannya, dan terjatuh.
“Aaaaaaaaaaaah,” untuk kedua kalinya Annabelle
berteriak, kali ini menggema di seluruh lantai di sana.
“Kau lagi, aneh,” ujar Carl datar, “teriakanmu
membuatku pusing,” ujar Carl datar.
“Ma…maafkan aku, aku sangat takut sekali,” ujar
Annabelle setengah menangis.
“Huh, kalau kau takut mengapa kau pulang semalam
ini?” ujar Carl tanpa menoleh, “dasar bodoh,” ujar Carl dingin.
“Sudah kukatakan, a…aku mengerjakan tugasku,” ujar
Annabelle dan ia masih tidak kunjung
berdiri karena ketakutan.
“Kau mau ikut turun tidak?” ujar Carl dingin sambil
memasuki elevator tanpa membantunya untuk berdiri.
“Tu…tunggu, aku ikut,” Annabelle kecewa, ia bangun
sendiri dan berjalan gontai menuju elevator.
“Safe mode,
butuh waktu tiga kali lebih lama sampai lantai dasar,” ujar Carl dingin dan
pintu elevator langsung tertutup.
“Te…terima kasih, sudah menungguku,” ujar Annabelle
sekenanya, “aku sangat takut sendirian di sini,” ujar Annabelle dengan nafas
masih terengah, sementara Carl hanya terdiam, ia bahkan tidak melirik Annabelle
sama sekali.
“Maafkan aku bila aku menggangumu, aku hanya takut
tadi, aku tidak terbiasa dalam ruangan gelap, tetapi terima kasih ya sudah
menungguku,” ujar Annabelle lagi dengan pelan, wajahnya sangat merah saat itu.
“Huh,” ujar Carl singkat.
Elevator pun turun dengan sangat perlahan dari
lantai 35 menuju lantai dasar, selama dalam perjalanan ke bawah, Carl tidak
pernah menyapa Annabelle sama sekali. Annabelle yang perlahan berdiri, kini
telah berada di samping Carl persis. Ia memegang Tas di depan tubuhnya, dan memeluk
erat tas tersebut. Ia masih merasa ketakutan berada di ruangan redup meski saat
ini ia sedang bersama Carl.
Elevator akhirnya tiba di lantai dasar, dengan
cepat Carl berjalan meninggalkan Annabelle sendirian. Tanpa aba-aba, Annabelle
pun mulai berlari cepat untuk mengejar Carl yang saat ini sudah berada jauh di
depannya. Ia tidak berani menoleh ke belakang, ataupun ke samping, ia hanya
fokus untuk mengejar Carl dan sebisa mungkin tetap ada di dekatnya.
Gerbang utama gedung kelas akhirnya di depan mata,
ternyata Carl sudah menunggu Annabelle disana, setelah Annabelle mendekatinya,
ia pun membuka pintu dan keluar terlebih dahulu. Niat jahilnya pun kembali
muncul di benaknya, dengan santai Carl mengunci pintu dari luar dan saat
Annabelle ingin membukanya, tentu saja pintu itu tidak terbuka.
“He…hei, tunggu aku, a…aku takut sendirian di
sini!” teriak Annabelle kepada Carl yang perlahan berjalan menjauhi Annabelle.
“Kau lagi, menyusahkan,” ujar Carl acuh dan ia
tetap berjalan menjauh.
“Jangan tinggalkan aku, kumohon,” pinta Annabelle
dengan lirih, “to…tolong buka pintunya,” ujar Annabelle sambil menekan keyplace pintu otomatis itu.
“Kau buka saja sendiri,” ujar Carl dan ia berhenti,
“kau bisa membukanya manual, tidak perlu menekan keyplace berulang kali,” ia menoleh ke arah Annabelle dan berjalan
mendekatinya. Ia lalu membuka kunci pintu tersebut dan pintu itu terbuka.
“Te…terima kasih.”
“Sekarang pulanglah,” ujar Carl dingin ia lalu
berjalan menjauhi Annabelle.
Meski ia sangat ketakutan, tetapi ia sangat bahagia
bisa sedekat ini dengan pujaan hatinya yang telah ia idamkan selama ini. Ia
tidak menyangka Carl akan berada sedekat ini dengan dirinya. Saat ia tersadar
dari lamunannya, Carl sudah menghilang, ia tidak terlihat lagi di manapun.
Annabelle pun berjalan menuju tempat parkir, tempat dimana supirnya selalu
menunggunya sampai jam berapapun.
Dengan helaan nafas panjang, ia memasuki pintu kiri
Maybach 62S miliknya, dan merebahkan badannya. Ia masih melamunkan pria yang
menjadi pujaan hatinya sampai saat ini. Sementara Carl, ia kembali ke rumahnya
yang sampai saat ini belum pernah diketahui oleh seorangpun. Betapa kagetnya
ia, saat tiba di kamar, ada puluhan miscall di teleponnya.
Tidak ada nama dalam telepon itu, tetapi ia
mengetahui bahwa penelepon adalah orang Jepang, karena prefix-nya adalah +81,
dengan sigap ia mencari dimana telepon itu berasal. Kurang dari 5 detik,
database sudah menemukan, bahwa yang menelepon adalah keluarga Izumi. Carl
menelepon balik ke nomor tersebut, dan di layar monitornya, seorang gadis
mengangkat telepon tersebut.
“Moshi-moshi
Carl, ogenki desuka?”
“Watashi wa
genki desuka,” ujar Carl yang kali ini sedikit lebih hangat dari ucapannya
kepada Annabelle.
“Ashita
watashi o hirou koto ga dekitara?”
“Mochiron,
anata wa soko ni nanjigan o eru nodarou ka?”
“Asa no roku,
watashi wa koko kara hayaku de.”
“Anata no
kenkouna Reika miru koto ga ureshii,” ujar Carl tersenyum kecut.
“Arigatou,
watashi wa Weyfert de gakkou ni iku koto o keikaku shite imasu. Watashi wa
Meiou gakkou kara idou shite watashi no sewa o shite kita.”
“Baiklah kalau begitu, sampai jumpa di sini Reika,”
ujar Carl.
“Terima kasih Carl, nanti kau bantu aku ya saat
sampai di sana,” ujar gadis itu dengan nada yang sangat hangat.
“Baiklah,” ujar Carl singkat, dan ia menutup
saluran telepon tersebut.
Carl tentu saja mengingat gadis itu, dia adalah Izumi Reika, salah satu personil Idol
Group di Jepang yang sangat digemari di dunia, khususnya di Jepang. Tidak ada
yang tahu siapakah dia, dan mengapa ia dekat dengan Carl, dan apa hubungannya.
Sementara Annabelle saat ini sudah tiba di apartemennya, setibanya di rumah, ia
segera mandi dan mengerjakan tugas yang diberikan gurunya tadi siang, setelah
selesai dengan tugasnya, Annabelle menghabiskan waktunya dengan surfing di
internet.
Tanpa sengaja, ia membaca artikel berita di
internet tentang kepindahan anggota Idol Group di Jepang yang akan bersekolah
di Weyfert, dia adalah Izumi Reika. Semula Annabelle hanya tersenyum karena
memang Idol Group sangat digemari saat ini di berbagai Negara, selain dari aksi
panggung dan lagu-lagu yang menjadi hits, personil Idol Group biasanya adalah
gadis-gadis cantik yang begitu memukau. Ia pun membaca artikel itu dengan
seksama.
Personil
EcR-dM, Izumi Reika mengumumkan kepindahannya dari Meiou School ke Weyfert
School kemarin (20/8) di base camp EcR-dM di Tokyo. Kepindahannya adalah bentuk
dari keseriusan Reichan untuk meneruskan sekolah terlebih dahulu ketimbang
karirnya. EcR-dM pun mengadakan farewell party di base camp mereka untuk
melepas kepergian Reika yang akan melanjutkan kuliah di Mintche University.
Seperti
yang dilansir di blog pribadinya, ia memang sudah berniat bersekolah di Weyfert
sejak lama, tetapi karena ml.;kesibukannya,
maka ia harus menunda untuk bisa bersekolah di Weyfert untuk melanjutkan
berkuliah di Mintche. Ia juga mengumumkan bahwa ia juga keluar dari EcR-dM,
sontak saja kabar tersebut disambut haru oleh para penggemarnya di EcR-dM, dan
ia juga mengumumkan akan rehat karir sampai 5 tahun kedepan, setelah
kelulusannya dari perguruan tinggi.
Annabelle sedikit tersenyum, dalam benaknya ia
berpikir akan ada murid baru mantan Idol Group yang akan bersekolah di Weyfert,
tentunya itu akan sangat menyenangkan pikirnya. Banyak pria yang tergila-gila
kepada Reika, banyak pula yang berharap akan datangnya Reika kesana. Mereka
adalah penggemar Reika yang memang sudah muncul di televisi sejak 4 tahun yang
lalu. Ah sudahlah, pikirnya, dan tiba-tiba Annabelle melihat artikel yang cukup
mengejutkan untuknya.
DA
Power Group kembali melakukan akuisisi terhadap instutisi pendidikan yang
selama ini menjadi icon sekolah terbaik di Dunia, Weyfert School. Carl
Aldrencht Parschtberg (17) yang merupakan anak laki-laki dari keluarga
Parschtberg, melalui Divisi 1 telah membeli kepemilikan sekolah yang nilainya lebih
dari Uy 800,000,000,000,000 lengkap dengan fasilitas pendukungnya (20/8).
Menurut
Juru Bicara Divisi 1, Edrick Muenchen,
DA Power Group berencana untuk mengintegrasikan Weyfert dan Mintche dalam satu
kesatuan Aleanore Educational District seperti dalam masterplan Divisi 1. Carl
sendiri tidak pernah bisa dimintai keterangan, karena semenjak menjabat CEO
dari Divisi 1, Carl memang tidak pernah diketahui ada dimana. Keluarga
Parschtberg pun terkesan tertutup terhadap posisi anak laki-lakinya yang
diperkirakan berada di Bonn, Jerman.
Meski
kepemilikan sekolah telah berubah menjadi milik DA Power Group Divisi 1, tetapi
struktur organisasi dan administrasi masih menggunakan sistem lama. Edrick
mengatakan bahwa susunan organisasi terdahulu sangat baik dan juga sudah bisa
mengisi keberlangsungan sekolah tersebut.
Carl
menegaskan melalui Edrick, bahwa meski status Weyfert adalah bahan hukum,
tetapi ia tetap menjalakan visi dan misi sekolah tersebut untuk pengembangan
SDM dan juga peningkatan taraf hidup masyarakat dunia. 80% keuntungan dari
sekolah akan digunakan untuk membangun fasilitas dan juga sebagai beasiswa
untuk murid yang memiliki prestasi yang baik.
Setelah
memasuki tahun ajaran baru, Weyfert akan melakukan seleksi internasional untuk
menjaring siswa terbaik setiap Negara bisa bersekolah dan membangun bumi supaya
lebih maju lagi. Pada akhir konferensi pers, Edrick menyatakan secara resmi
Mainframe Weyfert sudah diintegrasikan ke dalam Mainframe DA Power Group,
sehingga kontrol data bisa jauh lebih mudah dilakukan.
Apa-apaan ini, sungut
Annabelle di dalam hati, untuknya dari sekian banyak nama Carl, hanya Carl
Parschtberg lah yang paling ia benci. Tetapi melepas itu semua, ia tetap
bahagia karena bisa bertemu berulang kali dengan Carl yang ia puja, meski sebenarnya
keduanya adalah orang yang sama. Setelah menyelesaikan pekerjaannya, ia menutup
notebook-nya dan mulai tertidur, ia berharap esok jauh lebih menyenangkan
daripada hari ini.